Mengenal Gangguan Irama Jantung Aritmia Bersama Dr. Ignatius Yansen

ADVERTISEMENT

Mengenal Gangguan Irama Jantung Aritmia Bersama Dr. Ignatius Yansen

content promotion - detikHealth
Senin, 18 Jan 2021 16:29 WIB
Eka Hospital
Foto: Eka Hospital
Jakarta -

Banyak jenis penyakit jantung yang mungkin sering Anda dengar, salah satunya adalah Aritmia. Namun, tahukah Anda bahwa jenis penyakit jantung ini dapat menimbulkan gejala serius bahkan mengancam keselamatan?

Mari kenali lebih dalam penyakit aritmia bersama Dr. Ignatius Yansen NG., Sp.JP(K), FIHA Dokter Spesialis Jantung & Pembuluh Darah Konsultan Kardiologi Intervensi dan Konsultan Elektrofisiologi Eka Hospital BSD.

Pernahkah Anda mengalami sesak napas, nyeri pada dada, pusing, berkeringat, merasakan detak jantung yang cepat dan atau tidak beraturan? Tentu saja hal ini dapat membuat panik dan bingung, apa yang terjadi pada tubuh Anda? Kelainan listrik jantung biasa disebut dengan aritmia yaitu kelainan pada irama atau laju jantung.

Seseorang terdiagnosa penyakit aritmia bila mengalami gangguan pada jantung yang berdetak sangat cepat atau sangat lambat, atau bahkan merasakan irama jantungnya tak beraturan. Pada dasarnya terdapat dua jenis artimia yang sering ditemui.

"Bila keadaan jantung berdetak terlalu cepat dari kecepatan normal maka kondisi ini dikatakan takikardia (lebih dari 100 ketukan per menit pada orang dewasa dalam kondisi istirahat). Sedangkan bila laju jantung terlalu lemah atau lambat dikatakan bradikardia (kurang dari 60 ketukan per menit pada orang dewasa)," Dr. Yansen menuturkan dalam keterangan tertulis, Senin (18/1/2021).

Dr. Yansen menjelaskan bahwa seseorang yang mengalami gangguan aritmia baik terlalu cepat atau terlalu lambat, organ jantungnya tidak dapat memompa darah dengan cukup ke seluruh tubuh.

Hal inilah yang mengakibatkan penderita aritmia merasa lemas, sesak nafas bahkan hilang kesadaran. Bahkan gangguan irama berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang vital dan bahkan dapat menyebabkan kehilangan kesadaran atau kematian.

Menurut Dr. Yansen, ada beberapa gejala yang mungkin dirasakan oleh penderita aritmia, namun penderita aritmia sendiri mungkin tidak menyadari bahwa penyakit yang dideritanya dapat menyebabkan komplikasi seperti gagal jantung, stroke hingga serangan jantung bahkan mengakibatkan kematian.

"Ada beberapa gejala aritmia yang perlu diwaspadai seperti detak jantung terasa sangat cepat baik teratur/tidak atau lambat, dapat juga disertai dengan keluhan nyeri pada dada, sesak napas, sakit kepala atau pusing juga berkeringat," ujarnya.

Lalu, apakah penyebab seseorang dapat megalami aritmia? Jantung mempunyai sistem listrik sendiri yang dapat mengendalikan laju dan irama jantung. Pada setiap denyutan, arus listrik akan menyebar dari bagian atas jantung ke bagian bawah.

Aliran arus listrik yang berjalan dengan normal akan membuat jantung berkontraksi dan memompa darah. Sistem listrik jantung dimulai dari sekelompok sel yang disebut sinus node atau nodus sinoatrial (SA).

"Selama arus tersebut berjalan dengan normal dari atas ke bagian bawah jantung, arus akan mengatur waktu aktifitas dari sel jantung. Arus listrik inilah yang menyebabkan dua serambi berkontraksi terlebih dahulu kemudian akan diikuti dengan kedua bilik yang berada di bagian bawah jantung," ujar Dr. Yansen.

"Dengan berkontraksinya kedua bilik jantung maka darah akan dipompa ke seluruh tubuh dan paru-paru. Kombinasi dari kontraksi serambi dan bilik akan menghasilkan denyutan jantung," imbuhnya.

Pada kasus bradikardia, terjadi gangguan pada signal listrik di jantung akan mengakibatkan kelainan irama jantung di mana jantung akan berdenyut lebih pelan dari seharusnya.

Hal ini disebabkan karena rusaknya pacu jantung alami (SA) atau adanya gangguan pada sistem konduksi listrik di jantung. Sehingga alat pacu jantung permanen (Permanent Pacemaker) dengan tenaga listrik yang berkekuatan rendah akan mengatasi kelainan signal listrik ini.

Lalu, bagaimana cara mengatasi bradiaritmia? Pasien dengan gejala penyakit artimia harus di kontrol lebih lanjut oleh dokter spesialis jantung agar termonitor secara teratur. Bila dirasa denyut jantung terlalu lemah dengan tingkat kegawatan tinggi, dokter akan menyarankan pasien menggunakan alat pacu jantung untuk menstabilkan irama jantung, menghilangkan keluhan atau gejala bradikardia seperti lemas dan hilang kesadaran.

Eka HospitalEka Hospital (Foto: Eka Hospital)

Alat pacu jantung permanen merupakan sebuah alat medis buatan menggunakan impuls listrik yang dihantarkan melalui elektroda sehingga akan menyebabkan otot jantung berkontraksi dan mengatur laju jantung. Alat ini ditempatkan di dada atau perut untuk mengontrol laju jantung yang abnormal.

Seseorang yang menggunakan alat pacu jantung buatan dapat mengembalikan laju jantung secara normal sehingga dapat mengobati pasien dengan keluhan penyakit aritmia. Sedangkan manfaat lainnya adalah:

  • Meningkatkan laju jantung yang lambat.
  • Membantu mengendalikan irama yang abnormal atau cepat.
  • Memastikan bilik jantung berkontraksi secara normal walau serambi jantung bergetar dan tidak berkontraksi dengan baik (fibrilasi atrium).
  • Mengkoordinasi signal listrik antara serambi dan bilik jantung.
  • Mengkoordinasi signal listrik antara kedua bilik jantung (CRT) yang digunakan untuk mengobati gagal jantung.
  • Mencegah gangguan irama jantung yang berbahaya seperti sindroma Brugada (alat ICD).

"Menggunakan alat pacu jantung, kami para dokter dapat memonitor dan alat ini membantu untuk merekam aktivitas listrik dan irama jantung. Alat pacu yang baru dapat juga menyesuaikan laju jantung sesuai dengan aktifitas. Dengan alat programmer seorang dokter jantung dapat mengatur mode pemacuan yang optimal untuk setiap pasien," ujarnya.

Dokter yang aktif sebagai Electrophysiologist dan Dokter Kardiologi Intervensi di rumah sakit rujukan dengan lebih dari 100 kasus ablasi dalam satu tahun dan menjadi Proctor untuk pemasangan pacu jantung permanen di Indonesia ini menjelaskan bahwa penggunaan alat pacu jantung akan disesuaikan dari kebutuhan dan tingkat kegawatan pasien aritmia itu sendiri.

"Ada beberapa alat yang digunakan seperti satu elektroda yang diletakkan di serambi atau di bilik jantung, dua elektroda yang diletakkan di serambi dan bilik jantung, kombinasi dari alat pacu dan defibrilasi pada sebuah alat (ICD), dan tiga elektroda yang diletakkan pada posisi yang berbeda untuk meningkatkan sinkronisasi pada bilik jantung (CRT).

Pemasangan pacu jantung permanen dapat dilakukan oleh pasien dengan gangguan irama atau laju jantung di Eka Hospital sehingga dapat meningkatkan aktifitas pasien kembali normal pasca pemasangan alat pacu jantung menetap.

Bila Anda mengalami keluhan dan gejala seperti yang sudah digambarkan di atas segera berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung (cardiologist) untuk mendapatkan pertolongan yang tepat.

Nama: Dr. Ignatius Yansen NG., Sp.JP(K), FIHA

Dokter Spesialis Jantung & Pembuluh Darah Konsultan Kardiologi Intervensi dan Konsultan Elektrofisiologi

Praktik: Eka Hospital BSD - Tangerang Selatan 5

(ads/ads)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT