Satuan Tugas Penanganan COVID-19 (Satgas COVID-19) mengizinkan GeNose menjadi syarat perjalanan di kereta api, luar kawasan satu aglomerasi, selain menggunakan rapid test antigen dan PCR. GeNose akan mulai dipasang di stasiun-terminal per 5 Februari.
Aturan ini tertuang dalam SE No 5 Tahun 2021. Aturan tersebut mengatur protokol perjalanan dari dan ke Pulau Jawa serta di dalam Pulau Jawa (antarprovinsi/kabupaten/kota).
"Khusus untuk perjalanan dengan menggunakan kereta api di luar kawasan satu aglomerasi, selain menggunakan RT-PCR dan rapid test antigen atau GeNose test," bunyi protokol nomor 3 huruf c angka IV SE Nomor 5 Tahun 2021, dikutip detikcom, Selasa (26/1/2021).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dr Masdalina Pane dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) menjelaskan belum mempelajari lebih lanjut tes Corona GeNose. Namun, jika dibandingkan tes Corona lainnya termasuk rapid test antigen sebagai syarat perjalanan disebutkan tak ada gunanya.
"Saya belum mereview secara tuntas alat ini. Tapi ini bukan standar dalam pengendalian," sebutnya saat dihubungi detikcom Selasa (26/1/2021).
"Tapi jika dibandingkan dengan swab/rapid test antigen yang tidak ada gunanya untuk perjalanan, iya pendapat saya sama. Tidak ada gunanya dilakukan," pungkasnya.
Sejumlah pakar mengingatkan, tes Corona sebagai syarat perjalanan berisiko memunculkan rasa aman semu sehingga tujuan membatasi mobilitas manusia sulit tercapai. Bahkan dalam beberapa kasus, hasil tes Corona bisa dibeli dan dimanipulasi.
Sementara Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI) Hermawan Saputra menjelaskan GeNose tak tepat jika digunakan sebagai tahap skrining awal COVID-19 untuk syarat perjalanan.
Hal ini dikarenakan menurutnya GeNose tak bisa digunakan untuk menemukan kasus baru Corona atau active case finding.
"Walaupun GeNose sudah diteliti dan dikaji, tapi memang tidak praktis dalam penggunaannya, jadi memang tidak tepat, dan memang bukan sebagai active case finding," jelas Hermawan, dikutip dari CNNIndonesia.com.
Hermawan menyebut, GeNose memiliki kelemahan dalam mendeteksi Corona. Hal ini berkaitan dengan cara kerja seperti seorang perokok atau orang yang mengkonsumsi makanan berbau menyengat bisa mengurangi keefektifan GeNose.
"Kalau GeNose itu syaratnya tidak boleh merokok, makan dan minum yang menyengat, jadi ini bukan untuk skrining awal, tapi untuk penelitian dalam kondisi tertentu," lanjut Hermawan.
(naf/up)











































