Efikasi Vaksin Sinopharm Vs Varian Lambda-Gamma, Menang Siapa?

Efikasi Vaksin Sinopharm Vs Varian Lambda-Gamma, Menang Siapa?

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Jumat, 13 Agu 2021 21:44 WIB
Efikasi Vaksin Sinopharm Vs Varian Lambda-Gamma, Menang Siapa?
Foto: iStock
Jakarta -

Vaksin Sinopharm hanya memiliki efikasi 50,4 persen mencegah infeksi para tenaga kesehatan Peru, berdasarkan studi terbaru mereka. Karenanya, vaksinasi booster kini menjadi pertimbangan.

Analisis dilakukan dari Februari hingga Juni saat Peru melawan infeksi gelombang kedua COVID-19 yang parah, dipicu varian Lambda dan Gamma. Ada 400 ribu nakes yang terlibat dalam penelitian tersebut, sebagian besar sudah menerima dua dosis vaksin COVID-19.

"Kemanjuran untuk mencegah infeksi tidak tinggi, dan ini adalah sesuatu yang perlu dipertimbangkan karena sebagian besar sudah menerima dua dosis vaksin," jelas penelitian yang dimuat pekan lalu oleh para ilmuwan Institut Kesehatan Nasional Peru dan dua lembaga penelitian lainnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Vaksin dapat dipertimbangkan untuk mengoptimalkan perlindungan petugas kesehatan garis depan," sambung para peneliti, dikutip dari Reuters.

Masih efektif mencegah kematian akibat COVID-19

"Vaksin, bagaimanapun, adalah 94 persen efektif untuk mencegah kematian setelah dua dosis," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Beberapa negara termasuk Kamboja dan Uni Emirat Arab telah menawarkan vaksin yang dibuat oleh AstraZeneca atau Pfizer sebagai booster kepada mereka yang menerima dosis lenkap vaksin Sinopharm. Akankah dilakukan di Peru?

"Hal yang paling mungkin adalah bahwa Anda memang membutuhkan dosis ketiga, pertanyaannya adalah kapan saat terbaik dan dengan jenis vaksin apa," Lely Solari, salah satu dari tujuh penulis makalah penelitian, dalam wawancara bersama Reuters.

Angka masih di ambang batas aman WHO

Meskipun efikasi vaksin Sinopharm melawan sejumlah varian baru Corona rendah, menurut Solari, hal tersebut masih dapat diterima menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Sementara dalam uji klinis fase ketiga, efikasi vaksin Sinopharm mencegah kasus COVID-19 bergejala mencapai 78,1 persen. Kementerian Kesehatan Peru mengatakan bulan lalu, kematian yang dapat dicegah karena vaksin adalah 98 persen.

Kematian Peru dipicu varian Lambda

Peru memiliki jumlah kematian per kapita tertinggi di dunia. Para ilmuwan meyakini 'biang keroknya' adalah varian Lambda yang teridentifikasi akhir tahun lalu dan memicu perawatan kesehatan sempat 'rapuh'.

Varian Lambda baru-baru ini diwaspadai lantaran penularannya sangat cepat dan diyakini lebih 'kebal' antibodi pasca vaksinasi.

"Varian ini lebih tahan terhadap antibodi yang dipicu oleh vaksin daripada versi asli dari virus yang muncul dari Wuhan berdasarkan hasil studi laboratorium," kata peneliti Jepang dalam sebuah makalah menjelang peer review.

Sementara penelitian di Peru termasuk menganalisis efektivitas infeksi tanpa gejala. Solari menyebut studi tidak melakukan pengujian waktu nyata untuk mengidentifikasi infeksi secara ketat.

"Sebagian besar tes dilakukan karena petugas kesehatan mengalami gejala," kata Solari.

"Beberapa dites karena mereka mencurigai infeksi, tetapi sebagian besar karena mereka memiliki gejala."

Halaman 3 dari 2


Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"
[Gambas:Video 20detik]
(naf/up)

Berita Terkait