Ahli epidemiologi Pandu Riono dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) menanggapi WHO yang menyoroti pembelajaran tatap muka baru mulai berjalan sekitar satu bulan di Indonesia.
Disebutkan, ada beberapa klaster COVID-19 yang dilaporkan di awal September. Adalah 54 siswa positif COVID-19 dari SMA 1 Padang Panjang, Sumatera Barat per 11 September.
"Klaster lainnya berasal dari Institut Shanti Bhuana di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Per 12 September, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat melaporkan 139 mahasiswa positif COVID-19 dari hasil tes PCR," tulis WHO dalam laporan mingguan per Rabu (15/9/2021).
Kira-kira kebijakan sekolah tatap muka perlu dihentikan?
Pandu menyebut, kebijakan sekolah tatap muka tidak perlu untuk ditarik. Sebab, dengan adanya kasus tersebut bisa menjadi pelajaran bagi wilayah-wilayah lainnya.
"Bisa jadi evaluasi bagi setiap daerah, kok bisa terjadi kasus, bagaimana biar tidak terjadi penularan kasus sekolah di tempat lain," jelas Pandu, kepada detikcom, Jumat (17/9/2021).
"Kalau tidak seperti itu, kita tidak akan pernah belajar dari pengalaman. Selama tidak ada yang kasus meninggal," tambahnya.
Selain itu, pandu menambahkan, kasus tersebut merupakan kasus daerah dan bukan kasus nasional. Artinya, sekolah yang sudah diziinkan cakupan vaksinasinya cukup tinggi.
Simak Video "Video Mendikdasmen: Sekolah Perlu UKS, tapi Jangan Bayangkan Seperti RS"
(ayd/naf)