.webp)
Saat ini, masyarakat masih dihantui mutasi dan varian COVID-19 yang terbukti lebih menular dari varian asalnya. Varian yang saat ini terdeteksi di Indonesia umumnya berasal dari negara lain, seperti Inggris, India, dan Afrika Selatan.
Namun, ahli Biostatistik dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, dr Iwan Ariawan, MSPH, mengungkapkan mutasi COVID-19 juga bisa terjadi di dalam negeri. Bahkan tidak menutup kemungkinan varian itu bisa lebih menular dari varian sebelumnya.
"Sekarang banyak dibicarakan takut ada mutasi baru masuk ke Indonesia dari luar negeri ya. Itu betul, bisa masuk dari luar negeri. Tapi, kita juga harus ingat bahwa mutasi itu bisa terjadi di dalam negeri kita sendiri," jelasnya dalam konferensi pers virtual, Selasa (28/9/2021).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indonesia juga sudah mencatat kemunculan varian lokal asli B14662 yang memiliki kekhasan. Varian B14662 ini bahkan masuk dalam kategori Alerts for Further Monitoring atau varian yang dipantau perkembangannya oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Menurut dr Iwan, kondisi ini bisa saja dipicu oleh beberapa faktor, salah satunya penularan virus yang masih banyak terjadi di tengah masyarakat. Inilah yang membuat virus dapat berkembang biak.
"Karena kalau terjadi banyak penularan, sehingga banyak virus bereplikasi, banyak berkembang biak. Dalam perkembang biakkan virus itulah dia (virus) bisa terjadi mutasi," lanjutnya.
dr Iwan menjelaskan bahwa mutasi itu merupakan sebuah kesalahan yang terjadi pada virus dalam bereplikasi. Jika semakin banyak virus itu bereplikasi atau berkembang biak, munculah mutasi.
Dari replikasi itu, mutasi yang muncul bisa menjadi lebih berbahaya daripada virus aslinya. Lebih parahnya, bisa membuat virus mudah 'kabur' dari antibodi.
"Mutasi ini jadi masalah kalau yang muncul adalah mutan yang lebih menular, atau penyakit yang lebih parah, atau dia (virus) bisa lari dari antibodi. Jadi, dia kurang mempan terhadap vaksinasi, itu yang kita takutkan," tuturnya.
(sao/kna)
