Swedia-Denmark Setop Sementara Vaksin Moderna Terkait Miokarditis, RI Bagaimana?

Swedia-Denmark Setop Sementara Vaksin Moderna Terkait Miokarditis, RI Bagaimana?

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Kamis, 07 Okt 2021 09:01 WIB
Swedia-Denmark Setop Sementara Vaksin Moderna Terkait Miokarditis, RI Bagaimana?
Swedia dan Denmark menyetop sementara vaksin Moderna di usia dewasa muda. (Foto ilustrasi: Grandyos Zafna)
Jakarta -

Swedia hingga Denmark menghentikan vaksinasi Moderna pada usia 30 tahun ke bawah usai ditemukan kasus miokarditis, peradangan pada jantung atau lapisannya. Badan Kesehatan Swedia meyakini pemicu gejala tersebut ialah vaksin Moderna, banyak dilaporkan usai menerima dosis kedua.

Meski begitu, kasus miokarditis usai vaksinasi Moderna terbilang langka, jarang dilaporkan. Juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi menegaskan pemerintah tengah mengkaji temuan tersebut.

"Gejala ini kemarin juga sudah menjadi perhatian dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) Amerika," sebut dr Nadia saat dikonfirmasi detikcom Kamis (7/10/2021).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkait kemungkinan penundaan vaksinasi Moderna, Kemenkes menunggu kebijakan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI). Namun, ITAGI juga belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut terkait temuan tersebut karena berkaitan dengan efek samping pasca vaksinasi.

"Mungkin dapat ditanyakan pada Komnas KIPI karena berhubungan dengan efek samping," jelas Ketua ITAGI, Prof Sri Rezeki Hadinegoro saat dihubungi terpisah.

ADVERTISEMENT

Sementara Ketua Komnas KIPI Prof Hindra Irawan Satari belum segera menjawab pertanyaan detikcom hingga berita ini diturunkan. Namun, beberapa waktu lalu dirinya pernah mengutarakan efek samping vaksin Moderna yang dilaporkan masuk dalam kategori ringan dan mudah diatasi.

"Sebagian besar KIPI bersifat ringan dan singkat serta menghilang tanpa atau dengan pengobatan. Reaksi seseorang terhadap KIPI berbeda bergantung kepekaan masing-masing," tutur Prof Hindra.




(naf/up)

Berita Terkait