Kata Profesor Psikologi soal Geger Pemerkosaan di Kereta Ditonton Penumpang

ADVERTISEMENT

Kata Profesor Psikologi soal Geger Pemerkosaan di Kereta Ditonton Penumpang

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Selasa, 19 Okt 2021 14:34 WIB
Poster
Geger pemerkosaan di kereta komuter AS. (Foto ilustrasi: Edi Wahyono)
Jakarta -

Geger peristiwa mengerikan di Amerika Serikat, seorang wanita tengah diperkosa di kereta komuter Philadelphia, dan para penumpang hanya terdiam. Berdasarkan keterangan polisi, tidak ada satupun dari mereka yang melakukan tindakan untuk menolong korban.

Apa kata pakar?

Elizabeth Jeglic, seorang profesor psikologi di John Jay College of Criminal Justice yang biasa meneliti pencegahan kekerasan seksual ikut menanggapi kasus tersebut. Menurutnya, orang yang merasa tidak nyaman menolong secara langsung, sebenarnya memiliki pilihan lain seperti menelepon polisi dari ponsel mereka.

"Penelitian terbaru bahkan di keadaan yang lebih ekstrem, sekitar 90 persen kasus yang dianalisis, kami melihat orang-orang biasanya melakukan intervensi."

"Jadi sebenarnya, agak menyimpang dalam kasus ini bahwa seseorang sama sekali tidak membantu," sambung dia.

Kejadian ini sontak disorot banyak publik karena kepolisian menyebut beberapa penumpang malah merekam adegan tersebut, tanpa ada pertolongan apapun. Tidak juga ada panggilan darurat 911 yang masuk di Philadelphia.

Otoritas Transportasi Pennsylvania Tenggara (SEPTA) yang mengelola jalur komuter kereta tersebut, menjelaskan kejadian ini adalah tindakan kriminal mengerikan.

Terdakwa, Fiston Ngoy (35 tahun) diberikan surat pernyataan penangkapan untuk merinci waktu penyerangan, yang disebut berlangsung selama 40 menit.

Kepala kepolisian SEPTA, Thomas J Nestel III mengutuk keras pelaku, dan sangat menyayangkan tak ada penumpang yang menolong korban.

"Yang kami inginkan adalah semua orang marah dan jijik, sehingga bisa dengan tegas membuat sistem di lingkungan ini lebih aman," jelas dia, dikutip dari ABC News.

Para penumpang yang tidak menolong bisa ikut didakwa?

Berdasarkan laporan New York Times, Inspektur Timothy Bernhardt dari Departemen Kepolisian Upper Darby menyebut ada kemungkinan dakwaan. Namun, hal tersebut kembali pada keputusan Kejaksaan Distrik Dalware.



Simak Video "Respons WHO soal Klaim AS yang Sebut Covid-19 Bocor dari Lab Wuhan"
[Gambas:Video 20detik]
(naf/up)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT