Manchester United kalah telak dari musuh bebuyutannya, Liverpool. Seperti lebih menyayat hati, kekalahan ini terjadi di kandang sendiri, dengan skor terakhir 0-5 untuk Liverpool.
Kekalahan ini tidak hanya memicu emosi dari para pemain. Fans MU di seluruh dunia pun tak kalah emosionalnya.
Sadar atau tidak, sepak bola adalah industri yang didorong oleh emosi. Fans mengalami banyak emosi yang berbeda terkait dengan tim mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fans mengalami banyak emosi yang berbeda terkait dengan tim mereka, terutama pada hari pertandingan. Misalnya, kegembiraan setelah kemenangan luar biasa atau turunnya emosi secara drastis setelah kekalahan.
Menyaksikan tim kalah dalam pertandingan sepak bola dapat membuat penggemar yang paling terlihat kuat sekalipun kebanjiran air mata, seringkali ketika tidak ada pengalaman lain dalam hidup yang dapat melakukannya.
Dalam sebuah studi tahun 2004 yang diterbitkan dalam British Journal of Social Psychology, pria lebih nyaman mengekspresikan emosi dalam konteks olahraga daripada dalam konteks lain, seperti menjadi korban kekerasan fisik.
Studi telah mencoba untuk mencari tahu dengan tepat mengapa sepak bola sangat membuat baik para pemain dan fans sangat emosional dan larut terhadapnya.
Menurut Dr. Richard Shuster, psikolog klinis dan pembawa acara podcast The Daily Helping, ketika tim menang atau bermain dengan baik, otak mulai melepaskan neurotransmitter dopamin, yang terlibat langsung untuk mengatur rasa senang.
Sebaliknya, ketika tim berkinerja buruk atau kalah, otak menghasilkan kortisol, hormon yang dibuat di kelenjar adrenal yang dilepaskan tubuh saat sedang stres.
"Lebih buruk lagi, otak kita mungkin menghasilkan lebih sedikit serotonin, yang dapat menyebabkan peningkatan kemarahan dan depresi," kata Shuster kepada NBC News.











































