Pejabat kesehatan dan ilmuwan tengah meneliti subvarian Delta, AY.4.2, yang kini sudah terdeteksi di banyak negara, sebagian besar dilaporkan di Inggris. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan peningkatan kasus AY.4.2 telah diamati sejak Juli.
"Peningkatan AY. 4.2 pengiriman urutan telah diamati sejak Juli," kata WHO yang dikutip dari Al-Jazeera, Selasa (2/11/2021).
Studi epidemiologis dan laboratorium yang tengah berlangsung saat ini dilakukan untuk menilai, apakah ada perubahan penularan atau penurunan efek antibodi untuk mengusir virus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diketahui bahwa 93 persen dari kasus varian AY.4.2 terdeteksi di Inggris. Subvarian itu secara bertahap menyumbang proporsi kasus yang lebih besar di sana.
Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) pun melabeli AY.4.2 Ini sebagai 'varian under investigation' atau 'varian yang sedang diselidiki'. Meski varian ini telah tersebar ke banyak negara, hingga Singapura, pihak UKHSA belum menyatakan subvarian tersebut sebagai 'variant of concern'.
Menurut laporan pembaruan epidemiologi mingguan WHO, strain baru ini telah diidentifikasi di 42 negara. Negara-negara tersebut seperti Inggris, India, Israel, Amerika Serikat, dan Rusia.
"Saat ini, strain telah ditemukan di beberapa negara lain, tetapi tidak menjadi dominan. Mungkin saja kita melihat situasi yang mirip dengan strain Lambda ... pada awalnya, orang-orang khawatir tetapi akhirnya kehadirannya berkurang di tempat-tempat seperti AS atau Inggris," Dr Roselyn Lemus-Martin, ahli biologi molekuler dan sel dari Universitas Oxford.
Ahli epidemiologi WHO Maria Van Kerkhove mengatakan sejauh ini, varian yang paling dominan di global masih varian Delta. Menurutnya, varian ini masih berpeluang besar untuk bisa bermutasi.
"Delta dominan, tetapi Delta berkembang. Semakin banyak virus (Delta) beredar, semakin besar peluangnya untuk bermutasi," pungkasnya.
(sao/naf)











































