Kemenkes Akui COVID-19 4 Kali Lipat dari yang Terkonfirmasi, Kok Bisa?

Round Up

Kemenkes Akui COVID-19 4 Kali Lipat dari yang Terkonfirmasi, Kok Bisa?

Vidya Pinandhita - detikHealth
Kamis, 25 Nov 2021 07:31 WIB
Kemenkes Akui COVID-19 4 Kali Lipat dari yang Terkonfirmasi, Kok Bisa?
Ilustrasi Kemenkes mengakui jumlah kasus positif COVID-19 3-4 kali lebih tinggi dibanding yang terkonfirmasi. Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Jumlah orang yang terinfeksi COVID-19 diprediksi mencapai tiga hingga empat kali lipat lebih banyak dibanding jumlah kasus yang terkonfirmasi saat ini. Namun begitu, herd immunity atau kekebalan kelompok tak dijamin sudah terbentuk lantaran cakupan vaksinasi COVID-19 RI belum mencapai syarat.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) dr Siti Nadia Tarmizi.

Menurutnya, jika saat ini jumlah kasus COVID-19 tercatat mencapai 4 juta, maka jumlah kasus yang sebenarnya sudah menyentuh 16 juta. Akan tetapi, 12 juta kasusnya tidak tercatat dalam sistem.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mencontohkan, sebuah penelitian menyebut hampir separuh penduduk DKI Jakarta sebenarnya sudah pernah terinfeksi virus Corona.

"Salah satu juga hasil seroprevalensi kita itu menunjukkan angka prevalensi COVID-19 itu adalah 14 persen," terang dr Nadia dalam diskusi daring, Selasa (23/11/2021).

ADVERTISEMENT

"Jadi, kalau kita lihat jumlah penderita COVID-19 terkonfirmasi ya jika sekarang ini dilaporkan sekitar 4 juta itu kemungkinan bisa sekitar 15 atau 16 juta sebenarnya," sambungnya.

Tak menjamin RI sudah dekat dengan herd immunity

Meski herd immunity terbentuk dari vaksinasi dan secara natural dari infeksi COVID-19, dr Nadia tak menjamin herd immunity sudah terbentuk di Indonesia. Pasalnya secara teori, herd immunity terbentuk dari vaksinasi.

Sedangkan di Indonesia, cakupan vaksinasi belum mencapai 70 persen sebagaimana syarat terbentuknya herd immunity.

"Walaupun mungkin sudah ada orang yang memiliki kekebalan atau imunitas dari infeksi alamiah, tetapi terinfeksi alamiah itu tidak menjadi faktor dalam perhitungan target vaksinasi untuk bisa mengendalikan atau menurunkan laju penularan," pungkas dr Nadia.




(vyp/up)

Berita Terkait