Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan varian Omicron sebagai 'variant of Concern' atau yang harus diwaspadai karena ada kemungkinan memiliki risiko penularan lebih tinggi.
Prof Tjandra Yoga Aditama, mantan Direktur WHO Asia Tenggara menyebut ada enam fakta terkait varian Omicron dari WHO, mulai dari penularan dan efektivitas vaksin COVID-19.
1. Penularan varian Omicron
Prof Tjandra dalam keterangan tertulisnya menjelaskan belum terlalu jelas sekali apakah Omicron memang lebih mudah menular katimbang varian lain, termasuk Delta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tetapi memang jumlah orang yang positif varian ini terus meningkat di Afrika Selatan, dan perlu studi epidemiologi mendalam tentang hal ini," katanya
2. Beratnya penyakit
Belum terlalu jelas apakah Omicron mengakibatkan sakit lebih berat. Data awal memang menunjukkan dugaan ada peningkatan masuk RS di Afrika Selatan, tapi harus diteliti lebih lanjut analisanya.
Sejauh ini belum informasi ilmiah yang menyebutkan bahwa gejala akibat Omicron berbeda dengan akibat varian lain
3. Kemungkinan infeksi ulang
Data awal menunjukkan bahwa infeksi varian Omicrom meningkatkan risiko infeksi ulang atau reinfeksi. Seseorang yang sudah sakit dan sembuh kemudian jatuh sakit lagi.
4. Efektivitas vaksin
WHO masih terus menganalisa hal ini bersama para pakar di dunia. Vaksin sampai saat ini masih jadi cara efektif memutus penularan.
5. Efektifitas test PCR
Sejauh ini tes PCR masih dapat mendeteksi Infeksi COVID-19, termasuk varian Omicron. Penelitian masih terus berjalan, termasuk ada tidaknya kemungkinan dampak pada rapid antigen tests.
6. Efektifitas pada pengobatan
Sesuai dengan Pedoman Pengobatan WHO tanggal 24 November 2021 (2 hari sebelum Omicron dinyatakan sbg VOC) maka Kortikosteroid dan IL6 Receptor Blockers masih tetap efektif untuk menangani pasien COVID-19 yang berat dan parah.
"Tentu perlu analisa lebih lanjut tentang kalau mungkin ada dampaknya pada varian Omicron," tutup Prof Tjandra.
(kna/kna)











































