Siti Fadilah Supari Sebut Omicron Tak Bahaya, Lalu Kenapa Dunia Gempar?

ADVERTISEMENT

Siti Fadilah Supari Sebut Omicron Tak Bahaya, Lalu Kenapa Dunia Gempar?

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Senin, 20 Des 2021 12:00 WIB
Eks Menkes Siti Fadilah Supari menangis saat membacakan nota pembelaan atau pleidoi. Dia menangis ketika membacakan pleidoi terkait dengan kasus yang membelitnya.
Eks Menkes Siti Fadilah Supari sebut Omicron tak berbahaya. (Foto: Agung Pambudhy)
Jakarta -

Belakangan viral video eks Menteri Kesehatan RI Siti Fadilah Supari mengimbau warga untuk tidak panik menyikapi varian Omicron karena gejalanya terbilang ringan, meski lebih menular ketimbang COVID-19 varian Delta.

"Jangan takut kena Omicron karena tidak berbahaya, jadi kita jangan sampai panik," pesannya di dalam video perbincangan dengan Realita TV.

Video yang diunggah dua pekan lalu ini kembali ramai di media sosial usai Indonesia mencatat kasus pertama varian Omicron. Sejauh ini, sudah ada tiga kasus Omicron yang teridentifikasi, semuanya dipastikan Kementerian Kesehatan RI tidak mengeluhkan gejala COVID-19.

Hingga kini, memang belum ada laporan tingkat keparahan COVID-19 varian Omicron, terkecuali laporan kematian Omicron pertama di Inggris pada warga antivaksin. Semua yang terpapar cenderung melaporkan gejala COVID-19 ringan terlebih saat sudah divaksinasi.

Lantas apa yang perlu dikhawatirkan dari varian Omicron?

Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Daeng M Faqih menilai meskipun gejalanya ringan, Omicron bisa sangat berbahaya bagi mereka yang memiliki penyakit kronis.

"Ya awalnya memang beritanya agak simpang siur ya, tapi sudah dikonfirmasi oleh para ahli. Gejala Omicron ini memang tidak lebih berat malah lebih ringan. Tapi kecepatan penularannya bisa 5 kali. Ada yang menyebut 500 persen itu berarti lima kali," kata Daeng dalam diskusi daring bertajuk 'Heboh Omicron', Sabtu (17/12/2021).

"Pada penderita-penderita yang orang-orang memiliki penyakit tertentu penyakit yang memiliki immunocompromised jadi daya tahan menurun seperti HIV dan penyakit yang bersifat kronis lainnya itu betul-betul badan itu bisa terjadi perburukan yang dilaporkan baik dari WHO maupun dari Afrika Selatan," ungkapnya.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sebelumnya juga sempat mengingatkan potensi penularan Omicron yang tinggi bisa membuat risiko beban rumah sakit meningkat. Berkaca pada apa yang terjadi di Inggris, peningkatan angka penularan berakhir pada tekanan di rumah sakit.

"Di Inggris yang tadinya cuma 10-an per hari 100-an per hari sekarang sudah 70 ribu per hari. Lebih tinggi dari pada puncak kasus COVID-19 di Indonesia bulan Juli, lebih dari 50 ribu per hari, jadi penularannya sangat cepat memang kita ketahui," sambung dia.

"Jadi tetap penularannya tinggi dan ujung-ujungnya bisa memberikan tekanan di rumah sakit," pungkas dia.

Sementara dalam laporan terbaru WHO, merujuk data Afrika Selatan dan Inggris, seiring dengan peningkatan kasus yang pesat, ada risiko kenaikan serupa di sistem perawatan kesehatan.

"Rawat inap di Inggris dan Afrika Selatan terus meningkat dan mengingat jumlah kasus yang meningkat pesat, ada kemungkinan banyak sistem perawatan kesehatan menjadi cepat kewalahan," jelas WHO dalam laporan terbarunya.



Simak Video "99% Warga RI Kebal Covid-19, Kemenkes: Kuncinya Kelengkapan Vaksin"
[Gambas:Video 20detik]
(naf/up)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT