Omicron merebak di banyak negara, termasuk mereka yang menerapkan strategi ketat penanganan COVID-19. Australia misalnya, kini terancam menghadapi lebih banyak kasus kematian, usai mencetak rekor tertinggi sejak pandemi, 74 kematian per Selasa (18/1).
Melihat tren penularan COVID-19 yang melonjak di banyak negara, pakar epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menilai COVID-19 tampaknya tak berakhir menjadi endemi. Ia menduga penyakit ini akan menjadi serupa seperti campak.
"COVID-10 cenderung tidak akan menjadi endemik. Tren terkini menunjukkan potensinya sebagai penyakit epidemi seperti campak," beber Dicky, Rabu (19/1/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Artinya COVID-19 akan selalu menyebar pada populasi yang tidak divaksinasi atau menurun imunitasnya," sambung Dicky.
Meski begitu, risiko penyakit mengikuti pola infeksi epidemi sebenarnya bisa dihilangkan. Syaratnya masih mengacu pada strategi pengendalian pandemi COVID-19.
"Vaksin yang efektif cegah infeksi dan penularan atau dikurangi dengan tindakan 3T 5M. Infeksi alami (antibodi yang dihasilkan pasca terpapar COVID-19) sulit menghilangkan epidemi," tutup Dicky.
(naf/up)











































