Peneliti Bilang Tak Perlu Panik soal Virus Baru NeoCov, Ini Alasannya

Peneliti Bilang Tak Perlu Panik soal Virus Baru NeoCov, Ini Alasannya

Vidya Pinandhita - detikHealth
Minggu, 30 Jan 2022 16:45 WIB
Peneliti Bilang Tak Perlu Panik soal Virus Baru NeoCov, Ini Alasannya
Peneliti menyebut masyarakat tidak perlu panik soal temuan virus NeoCov. Foto: Getty Images/iStockphoto/ktsimage
Jakarta -

Belum beres urusan varian Omicron, dunia kini geger soal temuan virus baru NeoCov atau Neoromicia Capensis. Virus yang disebut-sebut mudah menular dan berisiko menimbulkan kematian ini ditemukan pada kelawar Afrika Selatan. Berbahayakah?

Menurut para ilmuwan dari Universitas Wuhan dan Institut Biofisika Akademi Ilmu Pengetahuan China, virus NeoCov sebenarnya sudah lama ada. Virus tersebut berhubungan dengan wabah coronavirus Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV) pada tahun 2012 dan 2015, serta mirip dengan SARS-CoV-2.

Hingga kini, penelitian terkait NeoCov tersebut belum ditinjau oleh rekan sejawat. Namun diketahui, virus yang menggunakan reseptor ACE2 kelelawar tidak dapat mengikat reseptor ACE2 manusia. Kecuali, terjadi mutasi yang signifikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"NeoCov dapat menggunakan reseptor ACE2 pada kelelawar, tetapi tidak dapat menggunakan reseptor ACE2 manusia kecuali terjadi mutasi baru. Semua hal lain yang dikatakan tentang virus ini hanyalah 'hype' (sensasional)," kata Dr Shashank Joshi, anggota gugus tugas COVID-19 Maharashtra, dikutip dari News18, Minggu (30/1/2022).

Kepada Times of India, Dr Sanjya Pujari selaku anggota Gugus Tugas Dewan Penelitian Medis India (ICMR) untuk Penelitian Klinis COVID-19, menyebut masyarakat tidak perlu panik soal virus NeoCov. Pasalnya, NeoCov lebih dekat dengan MERS CoV karena kemampuannya menggunakan reseptor ACE-2 pada kelelawar, tetapi tidak pada manusia

ADVERTISEMENT

Tetap diperlukan kajian lebih lanjut

Hal serupa disampaikan oleh ilmuwan utama di CSIR-Institute of Genomics and Integrative Biology yang berbasis di Delhi, Vinod Scaria. Menurutnya, virus dalam bentuk alami tidak menginfeksi manusia.

Namun meski NeoCov ini menular dari hewan ke manusia (zoonosis) dan terhitung jarang terjadi, para ahli meyakini pengawasan rutin terhadap virus ini terap diperlukan untuk mengantisipasi penyebaran.

Ahli virologi Dr Shahid Jameel menjelaskan, NeoCov ditemukan pada sejenis kelelawar. Sejauh ini, susunan genetiknya paling mirip dengan MERS CoV yang menular pada manusia melalui unta pada 2012.

MERS tidak menular di antara manusia dengan sangat mudah. Manusia yang tertular umumnya terpapar dari kontak dekat dengan hewan infeksius. Namun begitu, dr Jameel tetap setuju jika pengkajian tentang NeoCov dilakukan lebih lanjut sebagai langkah antisipatif.

Halaman 3 dari 2


Simak Video "Video Pakar: Flu Burung Picu Pandemi yang Lebih Parah Dibanding Covid-19"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/up)

Berita Terkait