Beberapa orang mungkin bertanya-tanya bagaimana bisa tertular Omicron saat sudah memperketat protokol kesehatan. Sayangnya, orang tanpa sadar ada beberapa titik lengah yang cenderung diabaikan saat beraktivitas.
Hal inilah yang memicu infeksi COVID-19 Omicron terjadi, terlebih angka penularannya lebih tinggi ketimbang varian lain termasuk COVID-19 varian Delta.
Catat 8 titik lengah yang sering tak disadari menjadi biang kerok penularan Omicron, dikutip dari Eat This.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Ngemal atau belanja
Sebuah studi baru Virus Watch Inggris menganalisis risiko tertular COVID-19 saat berbelanja. Para ilmuwan menemukan orang yang rutin pergi belanja ke toko selama sepekan memiliki risiko 2,2 kali lebih besar tertular COVID-19 daripada mereka yang memilih belanja online.
Agar tetap aman dari COVID-19, para ahli menyarankan pilihan 'delivery' lebih baik dan menaruh paket belanjaan di depan rumah, meminimalisir kontak langsung.
2. Kumpul-kumpul
Menurut para peneliti dari Kelompok Penasihat Ilmiah Inggris untuk Keadaan Darurat (SAGE), menghadiri pertemuan besar sangat berisiko tertular Omicron. Titik lengah penularan saat berkumpul dengan kerabat dan teman kerap tak disadari lantaran merasa aman dengan orang terdekat.
"Risikonya tinggi apalagi jika bertemu dalam ruangan yang ramai dengan banyak kelompok berbeda, ini menjadi faktor risiko terbesar untuk penyebaran Omicron," kata para ilmuwan.
3. Naik transportasi umum
Menurut studi Virus Watch, orang yang rutin menggunakan transportasi umum tertentu memiliki risiko 1,3 kali lebih besar terkena COVID-19 dibandingkan yang tidak. Bus dan taksi punya risiko penularan tertinggi, tetapi para ilmuwan tidak menemukan peningkatan risiko yang sama pada pengguna kereta bawah tanah.
4. Pergi ngegym
Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Science & Technology menghitung tempat paling berisiko tertular COVID-19. Menurut tabel risiko yang dikembangkan para peneliti, tempat dengan risiko tertinggi adalah area yang ramai dan berventilasi buruk tempat orang-orang berolahraga berat, termasuk tempat gym.
"Tidak ada gym dalam ruangan yang menarik bagi saya saat ini, meskipun saya harus mengatakan salah satu aktivitas olahraga favorit saya adalah berlari di atas treadmill," kata Dr Kirsten Bibbins-Domingo, ketua departemen epidemiologi dan biostatistik di University of California-San Francisco.
"Saya khawatir bahwa tidak ada ventilasi yang baik di dalam ruangan. Saya khawatir sangat sulit bagi orang untuk benar-benar memakai masker di gym dalam ruangan."
5. Stres
Siapa sangka, stres juga menjadi titik lengah penularan COVID-19 termasuk Omicron. Berdasarkan studi yang dimuat di jurnal Annals of Behavioral Medicine, orang yang mengalami tingkat stres, kecemasan, dan depresi yang lebih besar selama awal pandemi COVID-19 memiliki risiko lebih tinggi terkena COVID-19.
Mereka juga melaporkan jumlah gejala yang lebih tinggi dan penyakit yang lebih parah.
Simak titik lengah lainnya di halaman berikutnya.
6. Jenis masker
Jenis masker menjadi salah satu titik lengah penularan yang banyak diabaikan. Bahkan, beberapa orang kerap memakai masker dengan masih membiarkan 'celah' virus masuk.
Memang memakai semua jenis masker dianjurkan daripada tidak memakai sama sekali, tetapi selama beberapa pekan terakhir sejak kemunculan Omicron, banyak ahli merekomendasikan penggunaan masker berkualitas tinggi seperti N95, KN95, atau KF94.
Penelitian telah menemukan masker kain mungkin hanya 35 persen efektif dalam memblokir partikel virus, sementara N95 dapat mencegah virus sampai 95 persen jika dipakai dengan benar. Jika tak ada jenis tersebut, sebaiknya menggunakan masker bedah.
7. Merasa lelah
Omicron mungkin sangat menular, tetapi para ahli mendesak untuk tidak menyerah melawan virus.
"Kita berada di lingkungan di mana beberapa orang telah mengambil sikap yang sangat fatalistik terhadap "Oh, semua orang akan pada akhirnya akan tertular, jadi oleh karena itu, tidak ada gunanya melakukan apapun," kata Bibbins-Domingo.
"Kita semua masih memiliki tanggung jawab yang harus dilakukan. semua yang kita bisa. Untuk menempatkan batu bata kecil kita di dinding, untuk membuat beberapa dinding untuk melindungi orang-orang yang, tidak peduli apa yang terjadi, mereka akan terus dalam bahaya. Satu-satunya hal yang dapat kita lakukan sebagai komunitas adalah mencoba mengurangi jumlah penularan yang terjadi."
8. Makan di restoran dalam ruangan
Sejak awal pandemi, para ahli telah memperingatkan agar tidak makan di dalam ruangan. Selain makan bersama berisiko memicu penularan yang tinggi, ventilasi buruk tentu akan meningkatkan risiko tersebut.
Banyak orang yang belum menyadari betapa pentingnya memastikan ventilasi ruangan dengan baik.
"Makan di restoran dalam ruangan sekarang sangat berisiko, karena Omicron memiliki penularan yang tinggi dan hampir sudah menyebar ke banyak negara, terlebih saat makan harus melepas masker," kata Dr Christine Petersen, penyakit menular di University of Iowa, Jumat lalu.
Ia menyarankan, jika memang tetap makan di restoran, carilah waktu yang tidak terlalu ramai orang dan duduk di area sepi pengunjung. Lebih baik membawa pulang makanan atau memilih delivery yakni pesan antar.











































