Para ilmuwan belakangan ini tengah memantau peningkatan kasus Son of Omicron alias sub varian Omicron (BA.2). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Son of Omicron (BA.2) telah terdeteksi di 57 negara.
WHO juga mengungkap bahwa Son of Omicron (BA.2) ini telah menyumbang setengah kasus Omicron asli di sejumlah negara, seperti Denmark, India, dan Afrika Selatan.
Berdasarkan analisis, BA.2 atau anak Omicron ini memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat daripada Omicron asli (BA.1). Artinya, BA.2 dapat menyebar lebih cepat atau sangat menular dan sulit untuk dideteksi. Itu sebabnya ia dijuluki 'Son of Omicron' atau 'Stealth Omicron'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sifat virus untuk berevolusi dan bermutasi, jadi diharapkan kita akan terus melihat varian baru muncul sebagai pandemi," tutur dr Meera Chand, Direktur Insiden COVID-19 di Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA), dikutip dari National World, Jumat (18/2/2022).
Dikutip dari INews, Son of Omicron disebut-sebut memiliki sifat yang bisa menghindari kekebalan dari vaksin. Meskipun demikian, orang yang divaksinasi masih lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi dibandingkan yang tidak divaksinasi.
Gejala Son of Omicron
Adapun 2 gejala utama yang dapat mengindikasi sebagai infeksi dari Son of Omicron (BA.2) sebelum seseorang dinyatakan positif COVID-19.
Gejala yang pertama, pasien kemungkinan akan mengalami vertigo atau pusing yang datang dan pergi setiap hari.
Menurut National Health Service (NHS UK), apabila gejala ini sangat intens atau terjadi secara terus-menerus, pasien harus segera mengunjungi dokter untuk diperiksa lebih lanjut.
Selain vertigo, ada juga gejala lain dari Son of Omicron yang mirip seperti virus Corona lainnya, yaitu kelelahan.
Meskipun demikian, gejala spesifik Son of Omicron alias BA.2 sampai saat ini masih terus diselidiki.
(suc/up)











































