Memproses kedukaan tidaklah mudah. Terkadang, hal ini membutuhkan proses yang panjang dan melelahkan. Namun, tentu ada kegiatan-kegiatan yang bisa membantu memproses kedukaan, misalnya dengan menulis atau journaling.
"Aku selalu memberikan suggestion untuk menulis atau journaling. Karena kalau menulis, menurut aku itu paling adaptif, dan itu risikonya paling rendah. Karena, kita nggak nge-post di social media, kita nggak ngumbar-ngumbarin di mana-mana, dan orang nggak bisa langsung backfire ke kita. Semua itu di-keep buat kita pribadi di buku yang hanya kita doang yang bisa baca," jelas Psikolog Klinis TigaGenerasi Psychology Center, Utari Krisnamurthi, M.Psi..
Bagi sebagian orang, journaling memang tidak mudah karena merasa harus menuliskan setiap kegiatan dengan detail. Padahal, menurut Utari, detail seperti itu tidak wajib.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tuliskan saja apa yang kamu rasakan hari ini. Nggak perlu dituliskan secara detil, 'Dear diary... aku sedang ini ini ini,' nggak perlu kok. Tapi, misalnya satu kata, 'Hari ini aku marah,' gitu. 'Aku hari ini marah karena aku kehilangan orang yang aku sayang,' misalnya gitu. Sesimpel satu kalimat itu udah bagian dari journaling," terangnya.
Journaling adalah cara yang sehat untuk membantu proses seseorang menjalani masa duka. Selain melegakan dan aman, cara ini juga membantu untuk merencanakan apa yang perlu dilakukan selanjutnya.
"Dengan menulis, sebenarnya itu bantu kita untuk memvisualisasikan apa yang sedang kita rasakan, akibat apa, dan kemudian kita bisa ngambil next step selanjutnya," kata Utari.
(Nad/mjt)











































