Ketegangan antara Rusia dan Ukraina semakin meningkat. Pakar kesehatan pun menyuarakan keprihatinannya atas persoalan ini.
Dokter Internasional untuk Pencegahan Perang Nuklir (IPPNW) memperingatkan kemampuan militer NATO dan Rusia jika situasi meningkat. Menurut organisasi tersebut, baik NATO dan Rusia memiliki doktrin militer yang memungkinkan penggunaan senjata nuklir taktis.
Misalnya, senjata nuklir berbobot 100 kiloton yang meledak di Kremlin dapat membunuh seperempat juta orang. IPPNW menyerukan AS untuk bekerja dengan semua negara bersenjata untuk melucuti senjata nuklir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini adalah sesuatu yang kita butuhkan jika peradaban kita ingin bertahan. Orang-orang yang mengatakan kita dapat mempertahankan persenjataan nuklir yang sangat besar ini selamanya dan berharap tidak akan ada yang salah. Saya pikir mereka adalah orang-orang yang hidup di dunia fantasi," kata Dr. Ira Helfand dari IPPNW dikutip dari laman WETM, Jumat (25/2/2022).
IPPNW memimpin diskusi darurat yang berfokus pada dampak kesehatan dari potensi perang nuklir yang melibatkan AS dan Rusia, yang masing-masing memiliki sekitar 6.000 hulu ledak nuklir.
Dikutip dari laman CDC, ledakan nuklir bisa menyebabkan rusaknya organ dan menyebabkan kebutaan, tuli, dan cedera lainnya, seperti organ pecah, tengkorak retak, dan luka tembus dari bangunan yang runtuh, kebakaran, dan puing-puing terbang. Paparan radiasi nuklir juga menyebabkan gangguan sistem saraf pusat, mual, muntah, diare, dan infeksi.
Mereka yang berada di dekat lokasi ledakan akan terpapar radiasi tingkat tinggi dan dapat mengembangkan gejala penyakit radiasi (disebut sindrom radiasi akut, atau ARS). Sementara luka bakar yang parah akan muncul dalam hitungan menit, efek kesehatan lainnya mungkin membutuhkan waktu berhari-hari atau berminggu-minggu untuk muncul.
Dr. Barry Levy, seorang ahli terkemuka tentang konsekuensi kesehatan dari konflik militer, menekankan bahwa bahkan jika bencana nuklir dihindari, banyak kematian dan penyakit dapat terjadi di antara warga sipil akibat senjata peledak, perpindahan penduduk, kerusakan pada rumah sakit dan klinik, pabrik pengolahan air, dan sistem pasokan makanan dalam kasus perang.
"Akibatnya, anak-anak dan ibu hamil akan menderita gizi buruk, lebih banyak bayi lahir prematur, dan lebih banyak wanita meninggal saat melahirkan," kata Dr Levy.
"Lebih banyak orang akan tertular penyakit menular, termasuk Covid-19. Lebih banyak orang tua, yang terdiri lebih dari seperenam populasi Ukraina, akan mengalami komplikasi penyakit jantung, gangguan paru-paru, dan diabetes. Dan banyak orang Ukraina akan menderita depresi dan gangguan stres pascatrauma," jelas Dr Levy.
(kna/up)











































