Epidemiolog Ungkap 'Biang Kerok' Lahirnya Varian Deltacron

Epidemiolog Ungkap 'Biang Kerok' Lahirnya Varian Deltacron

Razdkanya Ramadhanty - detikHealth
Senin, 14 Mar 2022 16:00 WIB
Epidemiolog Ungkap Biang Kerok Lahirnya Varian Deltacron
Epidemiolog ungkap biangkerok Deltacron (Foto: Getty Images/loops7)
Jakarta -

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkonfirmasi temuan varian COVID-19 hibrida, gabungan varian Delta dan varian Omicron atau lebih dikenal dengan Deltacron. Diketahui virus gabungan ini pertama kali terdeteksi pada awal Januari 2022 lalu, di beberapa wilayah di Prancis.

Menurut database internasional GISAID, kasus juga ditemukan di Denmark dan Belanda. Secara terpisah, dua kasus telah diidentifikasi di AS oleh perusahaan riset genetika berbasis di California, Helix.

Epidemiolog Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia menjelaskan, varian hybrid Deltacron mengandung gen dari dua varian COVID-19 yakni varian Delta dan Omicron sehingga menjadikannya rekombinan virus COVID-19. Menurutnya, rekombinan ini bisa terjadi karena dunia melakukan pelonggaran pembatasan COVID-19, banyak negara terburu-buru mendeklarasikan kemenangan atas COVID-19 dan banyaknya kebijakan yang tak terukur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang bisa ditimbulkan varian rekombinan ini bisa berbahaya karena bisa melahirkan subvarian lain atau varian lainnya," ungkap Dicky melalui keterangan yang diterima detikcom, Senin (14/3/2022).

Dicky mengaku khawatir akan varian rekombinan COVID-19. Varian hybrid sangat mungkin memperburuk keadaan pandemi karena varian hybrid bisa berkembang menjadi lebih cepat menular, memperburuk tingkat keparahan penyakit jika terinfeksi, dan kemungkinan bisa mengurangi efektivitas vaksin COVID-19 yang tersedia saat ini.

ADVERTISEMENT

Namun Dicky juga memiliki kabar baik tentang varian hybrid Deltacron tersebut.

"Meski sudah terdeteksi di beberapa negara Eropa, kabar baiknya ini (hybrid Delta-Omicron) kecepatan penularannya tidak setinggi Delta atau Omicron," ungkap Dicky.

Dicky berpesan, hybrid Delta-Omicron memang penularannya tidak setinggi varian Delta dan Omicron tetapi jika pemerintah serta masyarakat tetap bersikap acuh serta longgar akan protokol kesehatan, tentu memberi peluang virus COVID-19 untuk berkembang dan melahirkan rekombinan lain.

"Pesan pentingnya, potensi lahirnya rekombinan Delta Omicron bisa terjadi kalau kita longgar, kalau kita memberi peluang pada varian apapun terutama Variant of Concern (VoC) untuk bersirkulasi sehingga menimbulkan varian yang lebih serius," kata Dicky.

Oleh sebab itu, Dicky tetap meminta pemerintah dan masyarakat luas tetap patuh akan protokol kesehatan yang masih berlaku serta segera menerima suntikan vaksin COVID-19. Hal ini sebagai upaya mencegah penyebaran rekombinan COVID-19 dan penanggulangan pandemi.

"Tetap pakai masker, tetap jaga jarak, tetap vaksin dan booster. Jika bergejala jangan bepergian supaya ini (virus COVID-19) tidak menyebar. Jika pemerintah melakukan pelonggaran, kita jangan ikut longgar (prokes)," imbau Dicky.




(any/naf)

Berita Terkait