Yakin Corona RI Turun karena Makin Kebal? Pakar Bilang Sih Begini

ADVERTISEMENT

Yakin Corona RI Turun karena Makin Kebal? Pakar Bilang Sih Begini

Vidya Pinandhita - detikHealth
Selasa, 15 Mar 2022 10:24 WIB
Pandemi COVID-19 DKI Jakarta makin hari makin terkendali. Salah satu indikatornya persentase kasus positif COVID-19 sudah berada di angka 0,9 persen.
Penjelasan epidemiolog perihal penyebab kasus COVID-19 harian RI menurun. Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Kasus COVID-19 RI terpantau terus menurun dari hari ke hari, setidaknya dalam sepekan terakhir. Data terakhir pada Senin (14/3/2022), RI mencatat 9.629 kasus baru COVID-19, dibarengi 39.296 pasien sembuh dan 271 pasien COVID-19 meninggal dunia.

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menjelaskan, tidak adanya kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia pasca libur panjang beberapa waktu lalu tak menjamin penurunan kasus COVID-19 di masyarakat. Terdapat kemungkinan, kasus yang kini menurun sebenarnya disebabkan testing yang rendah sehingga penularan COVID-19 di masyarakat tak terdeteksi.

"Masalahnya sekarang seiring semakin banyaknya, semakin besarnya cakupan vaksinasi orang yang memiliki imunitas, maka ketika ada varian baru, ketika ada klaster, ketika ada mobilitas yang besar, penularan tetap terjadi," ujarnya saat dihubungi detikcom, Senin (14/3).

"Tapi kalau nggak dites ya nggak ketahuan. Penularan yang tetap terjadi ini menimpa orang-orang yang sudah punya imunitas ya mayoritas tidak bergejala. Kalau nggak dites ya nggak ketahuan. Nggak akan kelihatan lonjakannya," lanjut Dicky.

Di samping rendahnya testing, Dicky menyinggung kemungkinan rendahnya kasus COVID-19 kini disebabkan cakupan vaksinasi COVID-19 yang tinggi.

Bukan berarti penularan tak terjadi di masyarakat. Hanya saja, orang-orang yang terinfeksi namun sudah menerima dosis lengkap vaksin COVID-19 bergejala ringan, bahkan tidak bergejala sama sekali, sehingga tidak menyadari dirinya tengah terpapar virus Corona.

"Itu dampak atau keuntungan dari cakupan vaksinasi yang besar, yang sudah lebih meningkat. Tapi ingat, namanya infeksi COVID ini bukan hanya masalah yang bergejala saja," jelasnya.

"Ada dampak, bahkan pada orang yang tidak bergejala bisa tiba-tiba parah, bisa mengalami long COVID. Ini yang harus dipahami sehingga prinsip pencegahan bukan dengan vaksinasi tapi 5M harus tetap dilakukan," pungkas Dicky.



Simak Video "Rekomendasi Baru WHO soal Vaksin Booster: Tak Wajib Bagi Orang Sehat"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/kna)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT