Belakangan kasus COVID-19 di sejumlah negara, termasuk Indonesia, mengalami penurunan. Hal ini membuat banyak orang berpikir bahwa pandemi COVID-19 perlahan akan beralih menjadi endemi.
Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengklarifikasi seperti apa kondisi sebuah suatu penyakit saat menjadi endemi. Direktur eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan (WHO) Dr Mike Ryan mengatakan saat menjadi endemi, penyakit itu masih bisa menyebabkan penderitaan dan kematian.
"Saya pikir kita perlu berhati-hati di sini dalam hal kata 'endemi'," kata Dr Ryan yang dikutip dari Indian Express, Rabu (16/3/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya, endemi berarti virus ada dan menular pada tingkat yang lebih rendah, biasanya dengan beberapa bentuk penularan musiman atau peningkatan yang musiman atau wabah di atas situasi endemi," lanjutnya.
Meski penularannya lebih rendah, Dr Ryan menegaskan COVID-19 masih bisa sangat menular. Ada beberapa penyakit yang telah menjadi endemi, tetapi masih menyebabkan kematian di dunia setiap tahun seperti HIV, tuberkulosis (TBC), dan malaria.
Menurut Dr Ryan, sebuah penyakit dari pandemi menjadi endemi itu hanya mengubah label. Tetapi, penyakit tersebut masih harus tetap dikendalikan dengan baik.
"Penyakit endemik membutuhkan program pengendalian yang kuat untuk mengurangi infeksi, mengurangi penderitaan, mengurangi kematian. Berubah dari pandemi ke endemik hanya mengubah label. Itu tidak mengubah tantangan yang kita hadapi," jelas Dr Ryan.
Maka dari itu, Dr Ryan mengatakan pengendalian COVID-19 tetap harus dilanjutkan, terutama bagi kelompok yang rentan.
"Kami membutuhkan sistem kesehatan yang kuat untuk menangani infeksi yang tidak dapat kami cegah, dan kami harus dapat terus melakukannya dengan tingkat infeksi yang kami alami," pungkasnya.
(sao/fds)











































