Terungkap Alasan COVID-19 Picu Impotensi, Pasien Seperti Ini Rentan Mengalami

Terungkap Alasan COVID-19 Picu Impotensi, Pasien Seperti Ini Rentan Mengalami

Vidya Pinandhita - detikHealth
Jumat, 18 Mar 2022 09:30 WIB
Terungkap Alasan COVID-19 Picu Impotensi, Pasien Seperti Ini Rentan Mengalami
Penjelasan dokter perihal risiko disfungsi ereksi pada pasien COVID-19. Foto: Getty Images/iStockphoto/oonal
Jakarta -

Para ilmuwan mempelajari sederet dampak jangka panjang COVID-19 seperti kabut otak, kelelahan kronis, hingga kerusakan organ. Studi terbaru menemukan, infeksi virus Corona bisa berimbas pada disfungsi seksual, tak lain berupa disfungsi ereksi dan kinerja penis secara umum.

Catatannya, tes yang sudah berlangsung terkait imbas COVID-19 terhadap penis baru dilakukan monyet, belum pada manusia. Namun sejauh ini, informasi dari tes tersebut mendukung penelitian lain terkait hubungan long COVID dengan disfungsi ereksi.

Studi tersebut menemukan, setelah terinfeksi COVID-19, monyet memiliki sisa-sisa virus di paru-paru. Hal itu memang temuan biasa. Namun yang lebih mengejutkan, virus tersebut juga tersisa dalam waktu lama di prostat, penis, dan testis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara infeksi pada paru-paru biasanya hilang dalam waktu sekitar dua minggu, pembuluh darah di daerah genital juga mengalami kerusakan. Hal ini bisa menjadi penyebab 20 persen pria dengan long COVID mengalami masalah terkait impotensi.

Menurut dokter di The London General Practice, dr Paul Ettlinger, penting untuk memahami lebih dulu faktor-faktor untuk memulai dan mempertahankan ereksi. Tak lain, berupa suplai darah yang baik, hormon, neurologis, dan faktor psikologis. Walhasil, untuk mengetahui hubungan antara Long COVID dan disfungsi ereksi, diperlukan dikaji lebih lanjut pada subjek yang mengalami.

ADVERTISEMENT

"Kerusakan testis dapat terjadi setelah infeksi COVID," kata dr Ettlinger, dikutip dari Metro News UK, Jumat (18/3/2022). Ia menjelaskan, Gen ACE2 (enzim pengubah angiotensin 2) yang merupakan reseptor SARS-CoV-2 berlimpah di testis dan penis.

"Virus dapat mengikat ke area ini dan dengan demikian mempengaruhi testis. Efek ini dapat membahayakan produksi testosteron yang mengakibatkan penurunan libido seksual dan ereksi," imbuhnya.

Selain faktor fisik, disfungsi ereksi imbas COVID-19 juga bisa dipengaruhi oleh stres dan kondisi psikis. Simak lebih lanjut di halaman selanjutnya.

Bukan Cuma Virusnya, Bisa Jadi Gegara Stres

Selain pada fisik, COVID-19 juga berimbas pada kondisi psikologis. Pasalnya dr Ettlinger juga mencatat, disfungsi ereksi terbukti 1,3 hingga 2,3 kali lebih sering terjadi pada orang dengan gangguan kecemasan dan depresi.

"Pandemi telah mengakibatkan stres tambahan, kecemasan, depresi, gangguan stres pasca-trauma dan peningkatan asupan alkohol," beber dr Ettlinger.

"Selain itu, penambahan berat badan sebagai akibat dari pandemi dapat memperparah efek buruk jangka panjang pada risiko bagi mereka yang mengalami obesitas, diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular yang semuanya terkait dengan disfungsi ereksi," sambungnya.

Di samping itu, pasien COVID-19 juga diketahui berisiko mengalami gangguan pada sistem saraf. Salah satu efeknya, yakni disfungsi ereksi.

"Studi sedang berlangsung (disfungsi ereksi sebagai salah satu penanda long COVID), tetapi menarik untuk dicatat bahwa orang yang terinfeksi virus lebih dari lima kali lebih mungkin untuk mengalami disfungsi ereksi," kata dr Ettlinger.

Halaman 3 dari 2


Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/up)

Berita Terkait