Duh, Jakbar Masuk Daerah dengan Air Minum Kontaminasi E Coli Tinggi!

ADVERTISEMENT

Duh, Jakbar Masuk Daerah dengan Air Minum Kontaminasi E Coli Tinggi!

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Selasa, 22 Mar 2022 10:30 WIB
Closeup image of woman holding a glass of cold water to drink
Air minum terkontaminasi E Coli. (Foto ilustrasi: iStock)
Jakarta -

Wakil Ketua Komite Ahli Kesehatan Lingkungan Kemenkes RI Prof Dr Ignasius DA Sutapa MSc mengungkap ada tiga sumber air minum yang paling banyak dikonsumsi warga Indonesia. Paling banyak porsinya adalah air isi ulang, disusul ledeng pipaan hingga sumur bor atau gali terlindung.

Namun, berdasarkan Profil dan Status Kualitas Air Minum Rumah Tangga Indonesia 2021 yang dilakukan Tim Surveilans Direktorat Penyehatan Lingkungan, masih ditemukan cemaran dari ketiga sumber air minum tersebut. Salah satunya kontaminasi bakteri E Coli.

Dari tujuh parameter yang dianalisis peneliti, kandungan E Coli bahkan menjadi salah satu temuan cemaran paling tinggi selain total coliform. Seperti diketahui kontaminasi E Coli bisa memicu infeksi saluran pencernaan hingga gagal ginjal. Sementara coliform berdasarkan penelitian, bisa menghasilkan zat etionin yang dapat memicu kanker.

"Berdasarkan 7 parameter yang dipakai TDS, suhu, pH, Nitrate, Nitrite, E Coli, Total Coliform, itu yang menarik adalah untuk parameter E Coli dan Total Coliform ini menjadi tantangan yang harus kita hadapi bersama," beber Prof Ignasius dalam.

Cemaran E coli ditemukan relatif tinggi pada provinsi berikut:

  • Kabupaten Gianyar: 80,4 persen
  • Kota Banjarmasin: 77,7 persen
  • Kabupaten Sigi: 69,8 persen
  • Kota Jakarta Barat: 69,1 persen
  • Kota Batam: 65,2 persen

Beberapa wilayah di atas juga melaporkan total Coliform tinggi yakni Jakarta Barat 62,6 persen, Kabupaten Gianyar 55,4 persen hingga Kabupaten Halmahera Selatan 52,2 persen.

Sumber air minum mana saja yang ditemukan tercemar? Berikut ulasannya.

Risiko cemaran sumber gali, bor, pompa terhadap kualitas air minum

Dari 5.062 sumber air minum yang diamati, rata-rata memiliki risiko cemaran rendah dan sedang.

"Artinya perlu mendapatkan perhatian oleh karena sumur gali, pompa masih menjadi andalan. Mengapa? Iya itu tadi disampaikan, jika sepiteng (septic tank) tidak terlindungi dan lain sebagainya, risikonya tinggi," terang dia.

"Hal-hal ini mungkin menjadi perhatian bahkan risiko amat tinggi ditemukan di salah satu kabupaten yaitu Kutai Timur sebesar 18,5 persen," lanjutnya.

Risiko cemaran perpipaan

Risiko cemaan di perpipaan disebut lebih baik ketimbang sumur gali lantaran dari 3 ribuan sumber air minum yang diamati relatif lebih sedikit di antaranya yang memiliki peluang kebocoran pencemaran.

"Ada misalnya di tempat-tempat yang sulit seperti Kabupaten Manokwari yang memiliki risiko tinggi hingga 26,7 persen," pungkas dia.



Simak Video "Aktivis Lingkungan Kritisi Penggunaan Galon Sekali Pakai"
[Gambas:Video 20detik]
(naf/kna)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT