Pengguna Sinovac Jangan Sedih Ya! Studi Singapura Bawa Kabar Nggak Enak

ADVERTISEMENT

Pengguna Sinovac Jangan Sedih Ya! Studi Singapura Bawa Kabar Nggak Enak

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Jumat, 15 Apr 2022 06:15 WIB
Kemasan vaksin COVID-19 diperlihatkan di Command Center serta Sistem Manajemen Distribusi Vaksin (SMDV), Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Kamis (7/1/2021). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/aww.
Studi Singapura soal vaksin Sinovac. (Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Jakarta -

Studi Singapura mengungkap penerima vaksin COVID-19 Sinovac lima kali lebih mungkin mengalami kasus parah COVID-19 dibandingkan mereka yang menerima vaksin Pfizer. Riset dilakukan pada 2,7 juta warga Singapura berusia 20 tahun ke atas yang menerima vaksin lengkap Sinovac atau dua dosis vaksin COVID-19 besutan farmasi China.

Studi yang dimuat per Selasa (12/4) menganalisis efektivitas vaksin Sinovac selama tujuh minggu pada tahun 2021 di 1 Oktober hingga 21 November, ketika negaranya diamuk COVID-19 varian Delta.

Dilansir Channel News Asia, tim dari ahli penyakit menular dari Pusat Nasional untuk Penyakit Menular (NCID) dan Kementerian Kesehatan Singapura (MOH), mengamati efektivitas yang relatif lebih rendah dari dua vaksin inactivated virus Sinovac dan Sinopharm terhadap infeksi COVID-19 dibandingkan vaksin mRNA Pfizer-BioNTech dan Moderna.

Mereka yang menerima vaksin Sinovac 4,59 kali lebih mungkin mengalami gejala COVID-19 parah dibandingkan penerima vaksin Pfizer-BioNTech. Pengguna Sinovac juga 2,37 kali lebih mungkin terinfeksi dibandingkan dengan mereka yang menggunakan vaksin Pfizer-BioNTech.

Penyakit atau gejala parah COVID-19 didefinisikan sebagai pasien yang membutuhkan suplementasi oksigen di rumah sakit, masuk unit perawatan intensif (ICU), hingga kematian.

Laporan tersebut juga menunjukkan vaksin Moderna lebih efektif dalam mencegah penyakit parah daripada vaksin Pfizer-BioNTech.

Mereka yang menggunakan Moderna ditemukan kurang dari setengah (0,42) kali lebih mungkin mengalami COVID-19 parah daripada penerima Pfizer-BioNTech, mereka juga lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi.

Laporan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, efektivitas yang lebih tinggi dari vaksin Moderna kemungkinan karena kandungan mRNA yang lebih tinggi dalam vaksin COVID-19 tersebut dan interval waktu yang lebih lama antara suntikan.

Saksikan Juga Sosok Minggu Ini: Alfie Alfandy, Pendiri Bikers Dakwah Mantan Artis Pecandu Narkoba

[Gambas:Video 20detik]





(naf/naf)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT