Industri farmasi asal Swiss Roche memperingatkan bahwa serangan Rusia ke Ukraina kini memicu terganggunya pengembangan obat multiple sclerosis. Pasalnya, industri farmasi banyak mengandalkan Eropa Timur untuk uji klinis.
Industri farmasi berusaha keras mencari cara agar pasien di Ukraina tetap terdaftar di dalam uji klinis. Kini, jutaan orang melarikan diri dari perang untuk mencari perlindungan dari negara-negara tetangga.
"Ukraina dan Rusia secara historis telah menjadi kontributor yang sangat penting untuk uji klinis untuk pasien dengan gangguan neurologis seperti multiple sclerosis," ujar kepala divisi farmasi Roche, Bill Anderson, dikutip dari Reuters, Selasa (26/4/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diketahui, sekitar 20 hingga 30 persen pasien program uji coba fenebrutinib multiple sclerosis global berasal dari Ukraina dan Rusia. Uji coba di Ukraina kini terganggu secara besar-besaran oleh imbas perang. Sementara di Rusia, Roche memberikan tanggapan terhadap invasi Rusia dengan cara meniadakan peserta uji coba baru.
Eropa Timur diyakini sebagai lokasi percobaan yang menarik lantaran para penyelidik di pusat kesehatan dipercaya terlatih dengan baik. Ditambah, pasien memiliki insentif yang kuat untuk menjadi peserta sukarelawan. Pasien-pasien seringkali membuka kesempatan untuk menerima perawatan yang lebih baik daripada sistem kesehatan yang tersedia.
Mengingat selama beberapa dekade terakhir, telah terjadi pengembangan obat untuk multiple sclerosis. Berbagai macam pil dan suntikan baru telah dihasilkan. Akan tetapi, industri tengah mencari pendekatan untuk menghentikan sel-sel kekebalan yang bekerja merusak serat ikat antara sel saraf pada pasien multiple sclerosis.
(vyp/up)











































