Di tengah pandemi COVID-19 belum tuntas, kini merebak penyakit cacar monyet di sejumlah negara. Seiring itu, Kementerian Kesehatan RI melaporkan hingga kini belum ditemukan cacar monyet di RI. Lantas, bisakah penyakit cacar monyet dicegah masuk RI?
Pakar epidemiologi Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia menjelaskan, skrining dan blokade di pintu masuk negara pada dasarnya hanya bekerja mengurangi risiko masuknya pasien ke area negara. Namun ia memberikan catatan, pasien cacar monyet membutuhkan masa inkubasi hingga 3 minggu hingga muncul gejala. Kondisi itulah yang kerap menjadi kendala deteksi.
"Apalagi dengan monkeypox yang masa inkubasinya bisa sampai tiga minggu itu membuat dia bisa kemana-mana atau masuk satu negara menetap baru pada minggu keempat dia muncul dan dia sudah ada di wilayah," terangnya dalam diskusi daring 'Selangkah Menuju Pandemi Meninjau Program Vaksinasi COVID-19 dan Kesiapan Transisi Pandemi ke Endemi', Rabu (25/5/2022).
"Itu yang sering tidak terdeteksi sehingga literasi menjadi penting. Membangun literasi ini membangun persepsi risiko dan bukan hanya masalah komunikasi," sambung Dicky.
Lebih lanjut menurutnya, sistem kesehatan menjadi modal untuk merespons penyakit menular antar negara. Di samping itu, tiga hal utama yang bisa dilakukan untuk menghadapi wabah cacar monyet yang sudah dilaporkan di sejumlah negara yakni deteksi dini, isolasi, dan vaksinasi. Selebihnya, lakukan karantina pada kasus kontak erat.
"Apa pun penyakit yang menular antar perbatasan negara itu, yang bisa menangani, merespons adalah sistem kesehatan yang kuat. Nah ini PR kita, bahkan secara global," beber Dicky.
"Kalau bicara sistem kesehatan ada pembiayaan, kemampuan deteksi, ada juga infrastruktur. Ini yang sudah kita mulai bangun dari sekarang tanpa status menjadi post pandemi dan tidak hanya melihat COVID-19," pungkasnya.
(vyp/kna)