Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah cacar monyet bukan keadaan darurat global. Namun begitu, pihaknya tetap menyorot cacar monyet sebagai ancaman kesehatan yang terus berkembang.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mendesak pemerintah di seluruh dunia untuk meningkatkan pengawasan, pelacakan kontak, dan pengujian agar orang berisiko bisa memiliki akses perawatan memadai. Pasalnya sejak awal Mei, data WHO telah mengidentifikasi setidaknya 3.000 kasus cacar monyet di lebih dari 50 negara.
Meski WHO tidak lagi mengaktifkan tingkat kewaspadaan tertinggi terhadap cacar monyet, Tedros menyorot potensi wabah tersebut menyebar cepat di negara yang sebelumnya tak pernah menemukan kasus cacar monyet. Secara historis, cacar monyet telah menyebar pada tingkat rendah di bagian terpencil Afrika Barat dan Tengah. Namun seiring wabah kini, 84 persen kasus yang dilaporkan di seluruh dunia berada di Eropa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apa yang membuat wabah saat ini paling mengkhawatirkan adalah penyebaran yang cepat dan terus berlanjut ke negara dan wilayah baru," ungkap Tedros dalam siaran pers, dikutip dari CNBC, Selasa (28/6/2022).
"(Disertai) risiko penularan lebih lanjut dan berkelanjutan ke populasi yang rentan termasuk orang-orang yang mengalami gangguan kekebalan, wanita hamil dan anak-anak," sambungnya.
Diketahui, cacar monyet paling banyak menyebar melalui kontak fisik dekat dengan orang terinfeksi, atau bahan yang terkontaminasi virus cacar monyet seperti pakaian atau sprei yang digunakan bersama-sama. Selain itu, virus bisa menyebar melalui tetesan pernapasan jika orang yang terinfeksi memiliki lesi di tenggorokan atau mulut.
Penularan ini membutuhkan kontak tatap muka secara berkelanjutan lantaran cacar monyet diyakini tidak menular lewat partikel aerosol.
Seperti Apa Kondisi Pasien Kebanyakan?
WHO melaporkan, wabah cacar monyet kini paling banyak mempengaruhi pria gay dan biseksual. Terutama, yang melakukan hubungan seks dengan pasangan baru, atau bergonta-ganti pasangan.
Dari 468 pasien cacar monyet yang mengungkapkan informasi demografis, 99 persen di antaranya adalah laki-laki. Sebagian besar dari pasien tersebut diidentifikasi sebagai pria yang berhubungan seks dengan pria dan memiliki usia rata-rata 37 tahun.
Namun seiring itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menjelaskan siapa pun bisa tertular cacar monyet lewat kontak dekat, terlepas dari orientasi seksual.
Cacar monyet umumnya diawali dengan gejala yang mirip dengan flu seperti demam, sakit kepala, nyeri tubuh, kedinginan, kelelahan, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Kemudian, muncul ruam berbentuk jerawat atau lecet di tubuh. Biasanya, pasien cacar monyet paling menularkan virus ketika sedang mengalami ruam-ruam.
Beberapa pasien pada wabah saat ini juga mengalami ruam pada alat kelamin dan anus sebelum menunjukkan gejala mirip flu. Namun pada sejumlah kasus lainnya, pasien mengalami ruam tanpa gejala mirip flu sama sekali.
telah mengembangkan ruam hanya pada alat kelamin atau anus sebelum menunjukkan gejala seperti flu, bagaimanapun, menunjukkan itu menyebar melalui kontak seksual dalam kasus tersebut, menurut CDC. Dalam kasus lain, pasien mengalami ruam tanpa gejala mirip flu sama sekali.











































