Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkap temuan profil khas pasien cacar monyet hingga Kamis (7/7/2022). WHO melaporkan, hampir semua pasien adalah laki-laki dengan usia rata-rata 37 tahun. Tiga perlimanya mengidentifikasi diri sebagai laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki.
Lonjakan kasus cacar monyet telah dilaporkan sejak Mei 2022 di luar negara Afrika Barat dan Afrika Tengah. Mengingat sebelumnya di kedua wilayah tersebut, cacar monyet merupakan penyakit endemik.
Namun terhitung sejak 1 Januari-4 Juli, WHO menerima laporan sebanyak 6.027 kasus cacar monyet dikonfirmasi laboratorium, dibarengi 3 kasus kematian. Kasus tersebut tersebar di 59 negara. Sejak 27 Juni, jumlah kasus meroket 77 persen.
Penularan Lewat Kontak Seksual
Lebih lanjut dalam laporan dua mingguan pertama terkait cacar monyet, WHO memaparkan bahwa berdasarkan data gender pada 4.406 kasus, 99,5 persen di antaranya merupakan laki-laki.
"Wabah ini terus mempengaruhi pria yang berhubungan seks dengan pria, yang telah melaporkan hubungan seks baru-baru ini dengan satu atau beberapa pasangan pria," tertera dalam laporan tersebut.
Ditemukan, 79 persen kasus terjadi pada pria berusia 18-44 tahun, dengan rata-rata usia pasien 37 tahun. Di samping itu, terdapat 6 kasus pada anak-anak berusia di bawah 18 tahun, kemudian 25 kasus pada petugas kesehatan.
Perihal orientasi seksual yang dilaporkan, 60 persen pasien (1.214 dari 2.025) diidentifikasi sebagai gay, biseksual dan laki-laki lain yang berhubungan seks dengan laki-laki.
"Rute penularan yang paling sering dicurigai dan dilaporkan, di antara kontak yang diketahui, adalah melalui kontak seksual," sambung WHO dalam laporannya.
Diketahui, gejala awal cacar monyet meliputi demam tinggi, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam seperti cacar air. Di antara kasus-kasus yang dilaporkan, 81 persen mengalami gejala ruam luas di tubuh, 50 persen demam, dan 41 persen ruam di area genital.
Simak Video "WHO Sebut Kasus Cacar Monyet Mulai Menular ke Anak-anak"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/naf)