Sudah Mendominasi di RI, Apakah Omicron BA.4-BA.5 Berbahaya?

Sudah Mendominasi di RI, Apakah Omicron BA.4-BA.5 Berbahaya?

Suci Risanti Rahmadania - detikHealth
Selasa, 12 Jul 2022 16:01 WIB
Sudah Mendominasi di RI, Apakah Omicron BA.4-BA.5 Berbahaya?
Apakah Omicron BA.4-BA.5 berbahaya? (Foto: Pradita Utama)
Jakarta -

Apakah Omicron BA.4-BA.5 berbahaya? Mengingat kedua subvarian ini disebut 'biang kerok' penyebab kasus COVID-19 naik lagi di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Bahkan juru bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril juga menyebut sudah 87 persen subvarian BA.5 mendominasi kasus COVID-19.

"Dan sebagai informasi, sudah 87 persen BA.5 sudah mendominasi di COVID ini. Jadi sudah bergeser ke subvarian BA.5," tuturnya saat live di Radio Kesehatan Kemenkes RI, Senin (4/7/2022).

Selain mendominasi, kedua subvarian ini juga diyakini lebih menular dibandingkan strain aslinya (BA.1) maupun varian Delta. Bahkan masa inkubasinya hanya membutuhkan waktu sekitar satu sampai tiga hari saja. Lantas, apakah Omicron BA.4-BA.5 berbahaya? Simak informasi berikut ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apakah Omicron BA.4-BA.5 Berbahaya?

Meski kedua subvarian ini diyakini lebih menular dibandingkan lainnya, Syahril mengungkapkan bahwa gejala yang ditimbulkan lebih ringan dibandingkan strain asli (BA.1) maupun Delta.

Begitu juga, kasus subvarian Omicron BA.4-BA.5 bergejala sedang hanya sekitar 8 sampai 9 persen dibandingkan Delta ataupun Omicron. Untuk itu, Syahril menghimbau masyarakat untuk tidak khawatir terkait tingkat keganasan dari kedua subvarian Omicron ini.

ADVERTISEMENT

"Cuma Kabar gembiranya jadi gejala yang ditimbulkan tidak berat-berat amat dibandingkan dengan Omicron yang lalu, sehingga kalau kita lihat dari data di sini yang sakit sedang itu hanya 8-9 persen, jadi tidak seperti halnya Delta atau Omicron yang lalu," lanjutnya.

"Jadi enggak usah khawatir tingkat keganasannya istilahnya atau tingkat keparahannya tidak terlalu berat, sehingga mudah-mudahan kita banyak OTG dan gejala ringan saja," kata Syahril.

Gejala Omicron BA.4-BA.5

Menurut data Kemenkes RI yang diterima detikcom pada Selasa (5/7), mengacu pada manifestasi klinis per 4 Juli pasien subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, sebagian besar kasus bergejala. Begitu juga sebagian besar pasien sudah menerima vaksin COVID-19 lebih dari dua dosis.

Adapun dari laporan sebelumnya, gejala paling banyak dikeluhkan pasien subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 adalah batuk. Lebih lengkapnya, berikut gejala Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia.

Gejala Omicron BA.4

  • Batuk: 35 orang
  • Demam: 21 orang
  • Pilek: 13 orang
  • Nyeri tenggorokan: 11 orang
  • Sakit kepala: 4 orang
  • Sesak napas: 2 orang
  • Pusing: 0
  • Mual/muntah: 0
  • Anosmia: 0

Gejala Omicron BA.5

  • Batuk: 358 orang
  • Pilek: 250 orang
  • Demam: 237 orang
  • Nyeri tenggorokan: 143 orang
  • Sakit kepala: 55 orang
  • Mual/muntah: 17 orang
  • Pusing: 16 orang
  • Sesak napas: 7 orang
  • Anosmia: 4 orang

Berapa Lama Sembuh dari Omicron BA.4-BA.5?

Dalam kesempatan yang berbeda, dokter spesialis paru RS Persahabatan dan Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr Erlina Burhan, SpP(K), menjelaskan bahwa seseorang dinyatakan sembuh apabila hasil tes COVID-19 menunjukan hasil negatif.

Ia juga mengungkapkan masa isolasi biasanya sekitar 5 sampai 10 hari. Apabila masa isolasi telah selesai, seseorang biasanya dianggap sudah sembuh dari COVID-19. Namun, untuk memastikan sudah sembuh atau belum dari virus ini, bisa melakukan tes COVID-19 kembali di fasilitas pelayanan kesehatan.

"Sembuh kalau sudah negatif. Isolasi biasanya 5-10 hari. Setelah isolasi biasanya dianggap sembuh," tuturnya saat dihubungi oleh detikcom, Rabu (6/7).

Jadi, apakah Omicron BA.4-BA.5 berbahaya? Menurut Syahril kedua subvarian ini diyakini lebih menular dibandingkan strain asli (BA.1) maupun Delta. Namun, gejala yang ditimbulkan lebih ringan dibandingkan varian lainnya.




(suc/kna)

Berita Terkait