Sebuah penelitian terbaru pada pasien COVID-19 di Inggris menyatakan bahwa hilangnya rasa dan penciuman (anosmia) tidak lagi menjadi salah satu gejala utama virus ini.
Dikutip dari WebMD, Selasa (19/7/2022), menurut penelitian tersebut, gejala utamanya mungkin telah berubah karena virus corona telah bermutasi sejak awal pandemi. Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang sekarang mendominasi kasus COVID di Inggris Raya dan banyak negara lain termasuk Indonesia, memiliki gejala utama yang berbeda.
Penelitian yang dilakukan oleh Imperial College London ini melakukan survey terhadap sekitar 17.500 pasien di Inggris dan mendapatkan hasil, bahwa gejala terbanyak yang dialami saat ini adalah sakit tenggorokan dan sakit kepala.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan penelitian tersebut, berikut ini gejala terbanyak yang dialami pasien COVID-19 saat ini:
- Sakit tenggorokan (58 persen)
- Sakit kepala (49 persen)
- Hidung tersumbat (40 persen)
- Batuk tanpa dahak (40 persen)
- Pilek (40 persen)
- Batuk berdahak (37 persen)
- Suara serak (35 persen)
- Bersin (32 persen)
Hanya 27 persen yang melaporkan kelelahan, 13 persen mengalami perubahan bau, 11 persen mengalami sesak napas, dan 10 persen kehilangan penciuman. Kehilangan penciuman menduduki peringkat 20 di antara gejala yang dilaporkan.
Sebuah studi lain yang diterbitkan pada bulan Mei di Otolaryngology-Head and Neck Surgery juga mengatakan gejala kehilangan bau (anosmia) dan rasa pada varian Omicron hanya 17 persen, dibandingkan dengan varian Delta 44 persen dan Alpha 55 persen.
(mfn/kna)











































