Long COVID atau sindrom pasca COVID-19 merupakan kondisi seseorang yang masih merasakan gejala COVID-19 dalam jangka waktu yang lama. Bahkan, masih bisa dirasakan setelah dinyatakan sembuh dari COVID-19.
Biasanya gejala long COVID terjadi selama 2 bulan setelah pasien dinyatakan negatif dari virus Corona. Hal ini berpengaruh terhadap kondisi sehari-hari, tetapi tak muncul setiap saat.
"Gejala merupakan gejala yang baru yang sebelumnya pasien recovery, perbaikan dari episode COVID-19 yang akut dan gejalanya bisa naik, bisa turun, bisa hilang tapi muncul lagi," ucap Dr dr Fatiyah Isbaniah, Sp.P(K), KSM Paru, Divisi Infeksi RSUP Persahabatan, melalui konferensi pers long COVID-19, Senin (18/7/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun kelompok yang paling rentan terkena long COVID adalah mereka yang berusia di atas 50 tahun, kelompok yang mengalami keparahan fase akut COVID-19, dan memiliki penyakit penyerta atau komorbid. Beberapa komorbid tersebut, di antaranya:
- Hipertensi
- Obesitas
- Kondisi psikiatrik yang mendasari
- Penyakit imunosupresif
"Ini faktor risiko, artinya orang-orang dengan populasi seperti ini memiliki kecenderungan untuk terjadinya sindrom pasca COVID-19, yaitu usia di atas 50 tahun, komorbid semakin banyak semakin rentan terjadinya sindrom pasca COVID-19, adanya hipertensi, obesitas, kondisi psikiatrik yang mendasari, penyakit imunosupresif misalnya penggunaan kortikosteroid jangka panjang, dan tingkat keparahan fase akut COVID-19," ucapnya lagi.
(suc/kna)











































