Terungkap! Polusi Udara DKI Paling Parah Justru di Pagi Hari, Ini Sebabnya

Terungkap! Polusi Udara DKI Paling Parah Justru di Pagi Hari, Ini Sebabnya

Mochammad Fajar Nur - detikHealth
Rabu, 20 Jul 2022 05:30 WIB
Terungkap! Polusi Udara DKI Paling Parah Justru di Pagi Hari, Ini Sebabnya
Ilustrasi polusi udara (Foto: Grandyos Zafna)
Jakarta -

Biasanya udara pagi terasa segar dan dipilih menjadi waktu yang tepat untuk berolahraga. Namun, berdasarkan data lembaga Nafas Indonesia, daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi justru mencatat tingkat polusi udara yang tinggi dibandingkan pada siang atau sore.

Hasil riset Nafas Indonesia sepanjang 2022 juga menyatakan sebanyak 75 persen warga Jabodetabek menganggap udara pagi lebih baik dibandingkan waktu lain.

"Polusi udara paling tinggi bisa di pagi hari, kaitannya dengan atmosfer juga. Ini sesuatu yang terjadi di semua kota urban, bukan cuma di Jakarta," kata Co-founder Nafas Indonesia Piotr Jakubowski dalam sebuah kelas jurnalis yang digelar di Jakarta, Selasa (19/7/2022).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita bukan ingin menyuruh orang berhenti melakukan gaya hidup sehat, justru data ini agar orang memahami pentingnya kualitas udara sehingga dia bisa memilih kapan waktu terbaik berolahraga," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Menurut data Nafas Indonesia, waktu yang ideal untuk melakukan olahraga mulai pukul 14.00 hingga 17.00 WIB. Karena kualitas udara mengalami perbaikan mulai jam 11 siang hingga mengalami puncaknya di jam 3 sore.

Di bulan Juni 2022 kualitas udara DKI Jakarta selama sebulan penuh selalu dalam kualitas buruk dengan kadar PM 2.5 melebihi standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Polusi PM 2.5 di bulan Juni juga paling tinggi terjadi di pagi hari.

Bahkan pada Senin pagi (18/7), menurut pantauan IQ Air, kualitas udara Jakarta masuk dalam kategori tidak sehat karena pada Particulate Matter (PM) 2.5 berada pada angka 111.5 mikrogram per meter kubik atau 22,3 kali standar WHO.

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada September 2021, menetapkan standar PM 2.5 rata-rata tahunan yang aman dihirup sebesar 5 mikrogram per meter kubik. Jika melebihi angka ini maka kondisi udara suatu daerah dinilai buruk.

PM 2.5 merupakan partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2.5 mikron (mikrometer). Jika terhirup, PM 2.5 bisa berbahaya khususnya pada sistem pernapasan, sehingga bisa muncul sesak napas, iritasi mata, hingga hidung.

NEXT: Penyebab dan risikonya bagi kesehatan

Apa Penyebabnya?

Menurut Piotr, kualitas udara Jakarta juga terpengaruh oleh pencemaran emisi dari daerah di sekitarnya.

"Angin yang membawa PM2.5 dari sumber emisi dapat bergerak menuju lokasi lain sehingga menyebabkan terjadinya potensi peningkatan," ucapnya.

Selain itu minimnya curah hujan belakangan ini juga membuat perbaikan kualitas udara di daerah Jakarta dan sekitarnya menjadi tidak maksimal.

"Curah hujan juga jarang ya belakangan ini, biasanya itu berpengaruh lumayan," sambungnya.

Risiko Kesehatan

Dihubungi terpisah, dr Erlang Samoedro, SpP dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyatakan kualitas udara yang buruk meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

"Yang meningkat ketika udara bertambah buruk penyakit ISPA karena peradangan saluran napas oleh polusi," ujarnya pada detikcom, Selasa (19/7/2022).

"Untuk mengurangi risiko udara kotor bisa menggunakan air purifier di dalam ruangan sedangkan kalau udara di luar kotor selalu gunakan masker," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Polusi Udara Bisa Meningkatkan Risiko Diabetes "
[Gambas:Video 20detik]
(mfn/up)

Berita Terkait