Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan ada enam provinsi di Indonesia yang sarana dan fasilitas kesehatannya masih harus diperhatikan. Terutama, pada pengidap penyakit jantung yang harus melakukan pemasangan ring sebagai upaya penyembuhan.
Lebih lanjut menurutnya, layanan rujukan yang paling banyak terkait dengan penyakit jantung. Namun, angka keberhasilan pengidap penyakit jantung yang bisa melakukan pemasangan ring masih sedikit.
"Sudah berapa yang bisa pasang ring? angkanya cuma di bawah 200. Aku tanya provinsi, 34 provinsi berapa yang bisa pasang ring kalau orang yang kena heart attack sebagai penyakit dengan tingkat kematian paling tinggi, 28," jelas Budi saat ditemui detikcom di Jakarta, Selasa (26/7/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi catatan dari harapan kita itu adalah Bangka Belitung, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Maluku Selatan, Papua, Papua Barat belum bisa pasang ring," tambahnhya.
Kesulitan akses sarana dan fasilitas kesehatan yang belum memadai membuat para pengidap penyakit jantung harus dirujuk ke RS di wilayah Provinsi lain. Mengingat jarak yang ditempuh ke RS rujukan cukup jauh sehingga risikonya sangat besar.
"Kalau ada orang sakit jantung di Ternate terus apa yang terjadi? Yang terjadi harus banyak berdoa. Kalau yang bersangkutan dibawa ke Makassar Manado masih hidup," kata Menkes.
Selain akses sarana dan fasilitas kesehatan yang belum memadai, menurut Menkes, rumah sakit yang berada di enam provinsi tersebut kekurangan dokter spesialis. Lagi-lagi, pemenuhan dokter spesialis jantung untuk enam provinsi membutuhkan waktu sekitar 4 tahun.
"Kenapa tidak bisa? Karena kita butuh alat yang harganya 15 miliar. Anggaran kita hampir Rp100 triliun. 6 provinsi dikali Rp 15 miliar totalnya Rp 90 miliar, kita bisa beli enam bulan diberesin. Trus muka dokternya pucat," jelasnya.
Lebih lanjut tambahnya, alat tersebut dapat dibeli tapi setiap alatnya membutuhkan dokter spesialis 4 ada spesialis jantung dan spesialis anestesi. Namun sayangnya, permasalahan tersebut tidak dapat selesai hanya enam bulan. Sebab, kekurangan dokter spesialis jantung dan anestesi sehingga minimal membutuhkan waktu empat tahun.
"Aku dalam hati garuk-garuk kepala, kita ngapain aja 30 tahun yang lalu, 75 tahun kita merdeka masih ada enam provinsi yang tidak bisa melayani basic heart disease service to save their life. Sehingga dari situ kita bisa bilang ini mesti diberesin layanan rujukan," kata Menkes.
Menkes tahun 2024 sebelum masa pensiun menargetkan untuk dapat memenuhi kebutuhan fasilitas kesehatan di enam provinsi setidaknya 50 persen kabupaten kota harus bisa kasih layanan utama. Terutama bagi para pengidap penyakit jantung untuk melakukan pemasangan ring. Begitu juga dengan stroke dan kanker.











































