.webp)
Belakangan warganet dihebohkan dengan laporan seorang wanita mencuri cokelat di minimarket. Videonya saat terciduk, viral berseliweran di media sosial hingga wanita tersebut sempat mengancam pegawai minimarket dengan UU ITE.
Pasalnya, wanita ini tak terima 'diviralkan' mencuri cokelat dengan dalih barang tersebut terbawa tanpa sadar. Meski kasusnya berakhir damai, banyak netizen mengaitkan kasus Marina dengan kleptomania.
Jika dilihat dari ciri-ciri kleptomania, mungkinkah kasus semacam ini bisa dikategorikan dengan gangguan jiwa tersebut?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut psikolog klinis Veronica Adesla dari Ohana Space, kleptomania merupakan gangguan kesehatan mental yang mendorong seseorang untuk mengambil barang yang sebenarnya sama sekali tidak bernilai untuk dirinya. Hal tersebut terjadi selama berulang kali.
Kleptomania umumnya merasakan ketegangan sebelum melakukan pencurian. Setelah mencuri, ada rasa senang, puas, hingga lega yang kemudian muncul. Namun, tak lama setelahnya pengidap kleptomania dibayangi rasa bersalah.
"Biasanya setelah perasaan yang menyenangkan muncul, itu dia merasa guilty, merasa bersalah, dia merasa takut, kemudian dia merasa malu, dan yang lain bisa kita kategorikan juga sebagai oh ini klepto, dia bukan dalam kondisi halusinasi atau delusi," sambung Vero.
"Kalau halusinasi kan mungkin ini ada yang ngomong sama saya ini, suruh ngambil, itu halusinasi, atau delusi, merasa bahwa ada keyakinan saya harus mengambil bahwa ini, tidak dalam kondisi itu," sebutnya.
"Bukan juga dalam kondisi anti-sosial personality disorder yang memang mengambil itu, memang niat mencuri, karena memang barangnya itu memberikan benefit yang lebih untuk dia jadi misalnya oh ini diambil," lanjut dia.
Kondisi tersebut juga dikecualikan dari pengidap bipolar pada fase manik. Itulah yang membedakan kleptomania dengan gangguan kesehatan mental lainnya. Hal lain yang juga menjadi pembeda kleptomania dengan 'maling' adalah aksi pencurian dilakukan terlepas dari masalah finansial.
(/mjt)
