Sampai saat ini masih banyak informasi keliru atau hoaks seputar HIV dan AIDS yang beredar di tengah masyarakat. Muncul banyak persepsi yang salah terkait HIV, termasuk cara penularannya yang disebut bisa menular melalui kontak fisik, seperti jabatan tangan, berpelukan, dan lainnya. Tentunya hal ini bisa menimbulkan stigma negatif yang merugikan pengidap HIV.
HIV atau human immunodeficiency virus merupakan virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi serta menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan tubuh pun akan semakin lemah. Akibatnya, pengidap kerap diserang oleh penyakit lain.
HIV dapat berkembang melalui tiga fase, yaitu infeksi akut atau tahapan seseorang saat pertama kali tertular virus, gejala latensi klinis atau virus yang berkembang biak di dalam tubuh dan mulai melemahkan sistem kekebalan, serta infeksi lanjut atau AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) yang berpotensi mengancam nyawa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penularan HIV umumnya melalui cairan tubuh dari orang yang terinfeksi, seperti darah, ASI (air susu ibu) air mani, cairan, hingga ibu ke anak melalui kehamilan dan persalinan. Perlu diingat, seseorang tidak bisa terinfeksi melalui kontak biasa, seperti berciuman, berpelukan, berjabat tangan, berbagi benda pribadi, hingga makanan atau air.
Selain itu, masih banyak lagi mitos yang perlu diketahui oleh masyarakat. Dikutip dari Healthline, berikut informasinya.
1. HIV Selalu Berujung Kematian
Salah satu mitos tentang HIV yaitu selalu berujung kematian. Dalam hal ini, ahli menyebutkan bahwa HIV dengan pengobatan yang tepat dapat memberikan peluang dan harapan hidup normal pada pengidapnya.
Faktanya, sejak tahun 1996, dengan munculnya terapi antiretroviral yang sangat aktif, orang dengan HIV yang melakukan terapi antiretroviral (ART) dengan baik dapat hidup normal, selama mereka meminum obat yang diresepkan.
"Dengan pengobatan yang tepat, kami sekarang mengharapkan orang dengan HIV untuk hidup normal," kata Dr Michael Horberg, direktur nasional HIV dan AIDS untuk Kaiser Permanente.
2. Seseorang dengan HIV Dapat Dilihat
Banyak yang mengatakan bahwa penyakit HIV dapat diketahui dengan hanya melihat saja. Faktanya, orang yang tertular infeksi HIV mungkin menunjukkan gejala umum, seperti demam, kelelahan, dan lainnya yang mirip dengan infeksi penyakit lainnya.
Gejala stereotip yang sering diasosiasikan orang dengan HIV sebenarnya adalah gejala komplikasi yang dapat timbul dari penyakit atau komplikasi terkait AIDS. Namun, dengan pengobatan yang memadai, gejala tersebut tidak akan muncul pada orang yang hidup dengan HIV.
3. Orang Heteroseksual Bebas dari HIV
Orang heteroseksual dianggap bebas dari risiko HIV juga termasuk salah satu mitos HIV dan AIDS yang berkembang. Memang benar bahwa HIV lebih banyak terjadi pada pria dengan sesama pria atau disebut Gay. Kelompok ini menyumbang sekitar 70 persen kasus HIV baru di Amerika Serikat menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC AS).
Namun, heteroseksual menyumbang 24 persen dari infeksi HIV baru pada tahun 2016, dan sekitar dua pertiganya adalah perempuan.
4. Tidak Dapat Memiliki Anak dengan Aman
Mitos selanjutnya adalah orang dengan HIV tidak dapat memiliki anak dengan aman. Namun menurut ahli, jika seorang wanita positif HIV dan tengah mempersiapkan kehamilan dengan bekerja sama penyedia kesehatan, termasuk pengobatan HIV, masih memiliki kemungkinan untuk melahirkan anak yang sehat.
Hal tersebut karena pengobatan HIV telah berkembang pesat, jika seorang wanita meminum obat HIV setiap hari seperti yang direkomendasikan selama kehamilannya (termasuk persalinan dan melahirkan), dan melanjutkan pengobatan untuk bayinya selama 4 sampai 6 minggu setelah lahir, maka risiko menurunkan penyakit HIV pada bayinya hanya sebesar 1 persen atau kurang.
5. HIV Selalu Mengarah ke AIDS
Banyak masyarakat yang menyebut HIV selalu mengarah pada kondisi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV memang infeksi yang menyebabkan AIDS, namun bukan berarti semua orang HIV-positif akan mengembangkan AIDS.
"Dengan terapi saat ini, tingkat infeksi HIV dapat dikendalikan dan dijaga tetap rendah, menjaga sistem kekebalan tubuh yang sehat untuk waktu yang lama dan oleh karena itu mencegah infeksi oportunistik dan diagnosis AIDS," jelas Dr Richard Jimenez, profesor kesehatan masyarakat di Universitas Walden.
6. Jika Dua Pasangan Positif HIV, Tak Perlu Pakai Kondom
Mitos selanjutnya, jika dua pasangan positif HIV, tidak perlu menggunakan kondom saat berhubungan seksual. Faktanya, CDC AS tetap merekomendasikan penggunaan kondom meskipun kedua pasangan memiliki HIV.
Dalam beberapa kasus, masih terdapat kemungkinan penularan jenis HIV yang berbeda ke pasangan, atau dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, menularkan bentuk HIV yang dianggap sebagai "superinfeksi" dari jenis yang resisten terhadap obat ART saat ini. Dengan begitu, meskipun kedua pasangan positif HIV akan lebih aman untuk tetap menggunakan kondom selama berhubungan seksual.
(suc/naf)











































