Limfedema adalah pembengkakan yang umumnya terjadi di daerah lengan, kaki, atau wajah. Kondisi ini biasa terjadi disebabkan oleh tumpukan cairan getah bening akibat tersumbatnya pembuluh getah bening.
Situasi ini jadi salah satu komplikasi yang dialami oleh para pasien pasca terapi kanker. Adapun risiko berkembangnya limfedema, tergantung pada jenis operasi yang dilakukan dan faktor risiko pasien seperti obesitas atau penambahan berat badan setelah operasi. Selain itu, dipengaruhi juga oleh faktor pengobatan, seperti radiasi atau beberapa jenis kemoterapi, dan komplikasi setelah operasi.
1.Pahami Apa Itu Getah Bening?
Cairan getah bening yang sebagian besar mengandung protein dan sel darah putih (sel darah yang melawan infeksi) merupakan salah satu bagian dari sistem limfatik atau sistem pertahanan tubuh dalam membasmi infeksi. Dalam menjalankan fungsinya, cairan getah bening (cairan limfe) akan beredar di dalam pembuluh getah bening. Ketika terjadi kerusakan pembuluh getah bening, aliran cairan getah bening akan tersumbat dan mengakibatkan pembengkakan di bagian tubuh tertentu.Situasi inilah yang kemudian menyebabkan limfedema.
2.Faktor Penyebab Seseorang Mengalami Limfedema
Seseorang yang menjalani operasi besar, termasuk pengangkatan kelenjar getah bening dan yang menjalani terapi radiasi di lokasi di mana terdapat kelenjar getah bening, memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami limfedema.Perlu diingat, jika risiko ini mungkin tak langsung terlihat setelah pasien selesai melakukan operasi. KarenaLimfedema masih dapat muncul 2 sampai 3 tahun pasca operasidanrisiko kemunculannya akan tetap ada seumur hidup dan risiko tersebut akan meningkatjika pasien mengalamicedera pada anggota badan.
3.Secara Umum, Ada Beberapa Gejala Limfedema yang Bisa Terjadi
Gejala awal yang akan dirasakan olehpenderita padaanggota tubuh atau jaringan yang diterapiseperti;
-Pembengkakan pada lengan atau kaki
-Sensasi berat atau rasa nyeri yang tidak nyaman pada lengan atau kaki
-Kulit di area tersebut terasa kencang
-Mati rasa atau kesemutan
-Mudah merasa lelah pada lengan atau kaki
-Pengerasan dan penebalan kulit (fibrosis kulit).
Jika pasien sudah merasakan beberapa tanda-tanda ini,segera lakukan konsultasi dengan dokter spesialis bedah onkologi.Agarapa yang dialami, segera bisa dikenali dan pasien dapatmenjalani terapi sejak dinidemimencegah perburukan gejala dan mengurangi keparahan.
4.Bagaimana Dampak yang akan Dirasakan Pasien Akibat Limfedema?
Meskipun limfedema biasanya bukan kondisi yang mengancam jiwa, namun hal itu tetap dapat berdampak besar pada kualitas hidup pasien, seperti;
-Setelah operasi kanker payudara, memiliki lengan yang bengkak dapat meningkatkan kekhawatiran tentang tampilannya.
-Jika limfedema mempengaruhi kemampuan untuk menggunakan lengan atau kaki, ini menghambat aktivitas sehari-hari dan mempengaruhi kualitas hidup
-Limfedema dapat mengurangi penyembuhan jaringan dan terkadang menyebabkan nyeri kronis.
-Lengan dengan limfedema dapat menyebabkan selulitis, infeksi kulit yang memerlukan antibiotik dan kemungkinan rawat inap.
5. Adakah Tindakan Bedah Apa yang Bisa Dilakukan untuk Limfedema?
Dalam beberapa kasus, prosedur pembedahan dapat membantu memperbaiki drainase limfatik, antara lain:
-Lymphatic O'Venous Anastomosis/Anastomosis vena limfatik (LVA) adalah tindakan intervensi bedah mikro di mana beberapa pembuluh limfatik dihubungkan (beranastomosis) ke vena kecil di dekatnya. Dengan menghubungkan pembuluh limfatik yang masih berfungsi ke vena kecil, LVA mem-bypass/melewati pembuluh limfatik yang rusak. Tujuan LVA adalah untuk mendorong kelebihan cairan getah bening yang terakumulasi di jaringan untuk kembali pada sistem peredaran darah di lengan itu sendiri.
-Transplantasi kelenjar getah bening,Ini adalah operasi di mana kelenjar getah bening yang sehat dikeluarkan dari satu area tubuh dan ditransplantasikan ke anggota tubuh dengan limfedema. Sehingga,kelenjar getah bening ini dapat membangun kembali sirkulasi limfatik anggota badan dan memperbaiki gejala.
6. Penanganan Kanker Payudara di Mayapada Hospital Jakarta Selatan
Jenis kanker terbanyak nomor 1 di Indonesiayangsering pada wanita, yaitu kanker payudara dapat menimpa segala usia. Oleh karena itu, penting bagi setiap wanita untuk waspada dan melakukan pemeriksaan deteksi dini mulai usia 18 tahunyang dapatdilakukan secara berkala.
Adapun diagnosis kanker payudara ditentukan oleh dokter berdasarkan hasil pemeriksaan patologi anatomi biopsi jaringan benjolan di payudara.
"Dokter Spesialis Patologi Anatomi memberikan laporan pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis spesimen biopsi. Laporan tersebut menjelaskan apakah ada lesi non kanker, lesiprakanker, atau sel kanker. Pada spesimen kanker payudara, seorang ahli patologi juga dapat memberikan informasi terkait ada atau tidaknya reseptor hormonal positif atau penanda lain pada sel kanker pasien, guna membantu klinisi menentukan rencana terapi yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien," terang Dokter Spesialis Patologi Anatomi dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan dr. Rizky Ifandriani Putri, SpPA,
Selain proses operasi, hal yang juga perlu jadi perhatian adalah situasi pasca operasi. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Onkologi dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan dr. Bayu Brahma, SpB(K)Onk mengatakankejadian limfedema pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena banyak menimpa pasien pasca operasi kanker payudara.
"Sekarang ini penanganan limfedema menuju ke arah preventif, salah satunya dengan deteksi dini melalui teknologi imaging fluorescence menggunakan ICG lymphography. ICG ini merupakan pencitraan yang sensitif untuk deteksi dini limfedema sehingga dapat segera dilakukan penanganan apabila ditemukan lebih awal," tambah dr. Bayu
"Saat ini tindakan bedah penanganan kanker payudara telah semakin advance untuk menurunkan morbiditas dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Kemajuan tersebut adalah operasi minimal invasif seperti breast conserving surgery, biopsi kelenjar getah bening sentinel yaitu teknik operasi kelenjar getah bening daerah ketiak untuk mencegah limfedema, serta rekonstruksi payudara dengan bedah mikro," ujar dr Bayu.
Selain dr. Bayu, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi Onkologi di Mayapada Hospital Jakarta Selatan Prof. Abdul Muthalib, SpPD-KHOM,menambahkan setelah operasi, tergantung hasil stadium patologi dan hasil pemeriksaan patologi dan imunohistokimia mungkin diperlukan terapi tambahan (adjuvant therapy).
"Terapi tambahan bisa berupa kemoterapi, antibodi monoclonal, terapi hormonal juga radioterapi," katanya.
Informasi lain yang perlu dipahami oleh pasien juga ditambahkan oleh SpOnk.Rad. Dokter Spesialis Onkologi Radiasi di Mayapada Hospital Jakarta Selatan (MHJS) dr. Ratnawati Soediro.
"Dokter juga dapat merekomendasikan terapi radiasi setelah operasi kanker payudara. Terapi radiasi kanker payudara dapat berlangsung dari tiga hingga enam minggu, tergantung pada kondisi klinis pasien. Dokter ahli onkologi radiasi akan menentukan teknik dan dosis radiasi yang terbaik berdasarkan kondisi klinis pasien, jenis kanker, stadium, dan lokasi tumor," kata dr. Ratna.
dr. Ratna menambahkan Mayapada Hospital memiliki pesawat Radioterapi LINAC (Linear Accelerator) yang memiliki keunggulan teknologi mutakhir terkini sehingga dapat mendistribusi sinar radiasi maksimal pada target sel kanker dan minimal pada sel jaringan sehat. Radioterapi LINAC tersebut dapat melakukan advanced techniques termasuk verifikasi 4D apabila dibutuhkan, sehingga presisi dan akurasi meningkat, lebih nyaman, serta efek samping yang minimal. Keamanan pasien adalah fokus utama pelayanan kesehatan kami. Oleh karena itu pesawat LINAC Mayapada Hospital memberi proteksi khusus bagi organ jantung terutama pada kanker payudara kiri dengan teknik deep inspiration breath hold (DBIH).
Oncology Center Mayapada Hospital menyediakan layanan komprehensif dalam penanganan tumor dan kanker dengan peralatan terkini serta kolaborasi multi-spesialisasi dokter, mulai dari deteksi dini, diagnosis, terapi tindakan bedah, kemoterapi, imunoterapi dan radioterapi, hingga rehabilitasi medis saat proses penyembuhan. Salah satunya, alat Kinevo 900: Mikroskop dengan sistem visualisasi robotik yang mengkombinasikan teknologi visualisasi optik dan digital. Mikroskop ini mendukung performa dokter bedah dalam melakukan prosedur pembedahan yang melibatkan pembuluh darah, limfe, dan saraf termasuk pembedahan LVA dan operasi tumor atau kanker.
Untuk itu, jika saat ini anda tengah mengalami atau merasakan beberapa gejala limfedema atau berniat untuk melakukan pengecekan kanker payudara secara berkala hingga penanganan lebih lanjut untuk kanker payudara. Bisa langsung mendatangi Rumah Sakit Mayapada terdekat atau melakukan konsultasi lebih lanjut dengan dokter-dokter di Rumah Sakit Mayapada di sini.
(Content Promotion/Mayapada)