Pulang Kerja Tenggo? Bisa Jadi Kamu Lagi 'Quiet Quitting'

Pulang Kerja Tenggo? Bisa Jadi Kamu Lagi 'Quiet Quitting'

Ayunda Septiani - detikHealth
Selasa, 13 Sep 2022 07:53 WIB
Jakarta -

Psikolog klinis Marissa Meditania MPsi dari Ohana Space ikut berbicara soal quiet quitting atau tren kerja seperlunya. Secara umum, menurutnya istilah ini merujuk pada pilihan seseorang untuk bekerja secukupnya.

Hal ini bisa dilakukan atas latar belakang 'burnout'. Namun, istilah quiet quitting mulai 'ngetren' imbas pandemi COVID-19. Pasalnya, di masa pandemi, beberapa orang kesulitan mengatur prioritas pekerjaan dengan kegiatan sehari-hari.

"Sebenarnya quiet quitting itu sesimpel bekerja secukupnya, diam-diam keluar, tapi nggak benar-benar resign, jadi bekerja secukupnya membuat batasan, misalnya pulang sesuai jam kerja, jam 5 teng sudah langsung pulang," beber Marissa dalam sesi program e-Life detikcom, (9/9/2022).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kerja juga sesuai dengan jobdesknya juga, terus dan buka-buka whatsapp grup jadi benar-benar bikin batasan dan bekerja sesuai secukupnya," lanjut dia.

Faktor lainnya yang memicu quiet quitting adalah tekanan dari atasan hingga lingkungan pekerjaan. Akibat terlalu banyak beban kerja, seorang karyawan memilih untuk tidak lagi peduli dengan permintaan pekerjaan tambahan.

ADVERTISEMENT

"Ya karena ada burnout, dan memang istilah ini populer juga karena memang pandemi jadinya nggak ada batasan tuh antara waktu kerja sama lifenya kapan, dan biasanya burnout ini karena ada tuntutan atau tekanan di lingkungan kerja dari atasan ataupun dari lingkungan kerja,"

"Akhirnya mereka berpikir gimana caranya biar saya nggak dipedulikan sama lingkungan, jadi saya duluan tidak mempedulikan kerjaan, makanya kerjanya secukupnya saja," terang dia.

Bagi beberapa kasus, cara ini efektif untuk membuat atasan menganggap karyawan tersebut tidak 'ter-notice'. Inilah alasan kemudian tidak sedikit orang yang memilih quiet quitting.

"Jadi ada kesan tidak peduli biar atasannya lupa bahwa kita exist akhirnya tidak diberikan beban kerja yang lebih, terus kita pura-pura tidak peduli dengan aturan kerja jam kerjanya bisa lembur, jadinya si atasannya notice kayak diam-diam tidak ada," lanjutnya.

"Jadi akhirnya tidak diberikan beban lebih besar," pungkasnya.

(ayd/mjt)

Berita Terkait