Belakangan marak istilah 'sleepover date' di media sosial. Sementara dari kacamata psikolog, fenomena semacam ini tidak jauh berbeda dengan istilah sebelumnya yang juga muncul yakni teman tapi mesra hingga friends with benefits. Salah satu hal yang kemudian membedakan adalah aktivitas tersebut kini kerap dikaitkan dengan hubungan seksual.
Psikolog klinis dan founder pusat konsultasi Anastasia and Associate, Anastasia Sari Dewi mewanti-wanti risikonya.
"Ini sama seperti yang tadi sudah disampaikan, TTM FWB ini semacam fenomena sosial. Cuma bedanya kalau TTM ini kita mengenalnya tidak blended dengan aktivitas seksual, tapi makin ke sini FWB dan sleepover date ini kaya semakin mengidentikkan hubungan dengan aktivitas seksual, kalau FWB itu seperti ada temannya, ada aktivitas seksualnya sekarang lebih singkat lagi sleep over date,"
"Menginap dan melakukan sesuatu, jadi ini fenomena sosial dan ada juga kalau dalam psikologis seksual itu kita sebutnya konvenitas sehingga kalau ada satu fenomena dan dibicarakan terus menerus," sambung dia.
Sayangnya, Sari mewanti-wanti tidak sedikit yang kemudian latah mengikuti tren sleepover date. Padahal, hal ini termasuk dalam hubungan yang tidak sehat.
"Kemungkinan banyak yg ikut atau melakukan itu semakin besar, jadi kemungkinan kalau dari psikologis ini saya melihatnya psikologis sosialnya, fenomena yang lagi tren tapi juga banyak risikonya khususnya ya dalam relationship," pungkas dia.
(ayd/mjt)