Publik kini berduka atas tragedi Kanjuruhan, Malang. Seiring itu, sejumlah foto dan video berseliweran di dunia maya. Di samping penjelasan terkait kronologi, beberapa konten menunjukkan kondisi korban anak-anak, berdarah-darah, atau terluka.
Psikolog klinis dan founder pusat konsultasi Anastasia and Associate, Anastasia Sari Dewi, mengingatkan, konten-konten yang menunjukkan kondisi korban bisa memicu ketakutan dan kecemasan pada pengguna media sosial. Maka itu, penting untuk berempati dan mempertimbangkan situasi penonton sebelum membagikan sebuah konten terkait kondisi korban.
"Sebaiknya konten-konten mengandung kondisi korban itu dibagikannya lebih baik lihat-lihat grup apakah ada anak kecil dan lain sebagainya. Yang kedua, lihat-lihat juga kita bukan reporter. Jadi buat apa membagikan satu berita detil dengan semua foto dan videonya? Membagikan konten yang sifatnya sadis, membagikan konten yang sifatnya ngeri," jelasnya pada detikcom, Senin (3/10/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lagi, kondisi keluarga dan orang terdekat korban juga perlu dipertimbangkan. Tentunya, konten-konten yang bersifat ngeri tak tepat jika diperlihatkan ke orang yang sedang berduka atas tragedi tersebut.
"Apalagi foto atau video sifatnya bukan kejadiannya, kronologis lapangan, melainkan korban atau jenazah. Kita perlu berempati. Amit-amit kita ada di posisi yang kurang beruntung atau kena musibah kita kan juga nggak mau dipertontonkan ke orang lain," sambungnya.
Terakhir Sari mengingatkan, orang-orang dengan kecenderungan sadistik cenderung suka melihat konten dengan bentuk luka dan darah. Walhasil, ada baiknya konten-konten berisi luka korban disaring atau dibiaskan agar tidak memicu munculnya kecenderungan sadistik.
"Apalagi kalau banyak luka, banyak darah, itu risikonya selain memicu ketakutan dan kecemasan bisa menciptakan perasaan sadistik itu suka lho liat darah. Suka lho lihat luka-luka dan lain-lain. Sehingga ini jangan sampai memicu atau memancing munculnya seperti itu," jelasnya.
"Khususnya ke anak-anak usia kecil, usia muda. Itu kan seharusnya ngeri, hal-hal yang sifatnya menyakiti, melukai, apa pun itu kita harus jangan membiaskan picture itu," pungkas Sari.
(vyp/up)











































