Sejumlah negara di antaranya Jepang dan Korea Selatan mengalami penurunan angka kelahiran bayi atau disebut 'resesi seks'c dikhawatirkan bakal memicu merosotnya besaran populasi. Pasalnya, warga dan pasutri banyak yang enggan menikah dan memiliki anak. Salah satu kekhawatirannya, yakni terkait kebutuhan dana untuk membesarkan anak.
Indonesia disebut-sebut memiliki potensi serupa imbas warga berusia muda mulai berpikiran untuk tidak memiliki anak. Benarkah demikian?
AY (25) asal Jakarta bersama sang suami yang baru menikah tahun ini memiliki pandangan berbeda. AY mengaku, tidak ada pertimbangan atau keraguan di balik keinginannya untuk memiliki anak. Alih-alih khawatir soal finansial, AY dan suaminya lebih memikirkan kesiapan mental mereka sebagai orangtua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagai pasutri baru aku dan suami merencanakan banget mau punya anak. Maksudnya, nggak menunda-nunda seperti chlidfree atau orang-orang di luar sana kan sekarang banyak yang ingin hidup berdua doang. Cuma aku sama suami ingin punya anak saja, secepatnya kalau bisa," ungkapnya pada detikcom, Selasa (13/12/2022).
"Untuk pertimbangannya, mungkin nggak ada pertimbangan karena dua-duanya sama-sama siap dan mungkin lebih mempersiapkan saja entah itu mentalku atau mental suami, keuangan kita nanti bagaimana. Mungkin itu sih. Keraguan nggak ada. Paling yang dikhawatirkan adalah lebih ke personality ibunya nanti bakalan bisa nggak ya merawat anak?" imbuh AY.
Suara lainnya datang dari KN (27). Dalam kondisi baru menikah tahun ini, KN mengaku, ada rencana untuk memiliki anak namun tidak terburu-buru. Baginya dan suami, pertimbangan terbesar adalah kesiapan secara finansial.
"Rencana sih ada, tapi nggak buru-buru. Walau aku belum KB tapi suami pakai pengaman kalau berhubungan seks di masa subur biar nanti nggak ketar-ketir," bebernya pada detikcom, Senin (12/12).
"Pertimbangannya, belum 'settle' secara finansial walau kata orang rejeki anak mah ada saja ya. Cuma kita lebih realistis. Sekarang masih mempersiapkan tabungan perencanaan dulu sekiranya nanti tiba-tiba dikasih (anak) sama Yang Maha Esa," imbuh KN.
NEXT: Ada Ketakutan soal Uang?
Melengkapi jawabannya, AY mengaku dirinya dan suami memang memikirkan kebutuhan uang dalam proses membesarkan anak. Menurutnya, sekolah anak akan membutuhkan biaya paling besar di antara kebutuhan-kebutuhan lainnya. Namun ia meyakini, seiring anak bertambah usia, akan ada waktu untuknya dan suami menabung demi sekolah anak.
"Mikirin aspek finansial, ada banget. Seperti nanti bagaimana untuk sekolah anak, terus untuk biaya anak sehari-hari bagaimana, terus nanti sekolah tambahan atau ekskul dia di luar sekolah. Itu sudah termasuk dalam satu lingkup untuk dipikirin. Cuman untuk pengeluaran paling besar, pendidikan kali ya. Kan itu berkala dari SD, SMP, SMA, terus lanjut kuliah. Itu memang sudah tanggung jawab kita," ujarnya.
"Anak ini kan bukan tiba-tiba langsung SMP atau langsung SMA. Jadi ada waktu untuk kita mengumpulkan pundi-pundi uang sebelum anak itu besar. Di samping itu kita harus mempersiapkan lebih hemat saja biar kita sejahtera nantinya," pungkas AY.
Soal Resesi Seks di RI
Dalam kesempatan sebelumnya, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo, SpOG menyebut Indonesia memiliki kemungkinan mengalami resesi seks, layaknya Singapura, Jepang, dan Korea Selatan. Pasalnya, sejumlah kota/kabupaten di RI mencatat zero growth atau nol kelahiran baru disebabkan perubahan gaya hidup masyarakat.
Namun, potensi resesi seks di Indonesia masih relatif panjang sehingga dapat diantisipasi lebih dini. Mengingat, masih banyak pasutri di RI yang berfokus pada prokreasi atau menikah dengan tujuan memiliki anak.
"Sebetulnya kalau Indonesia nggak gitu-gitu amat, Indonesia seks itu lebih banyak ke prokreasi, prokreasi itu mengcreate untuk memproduksi, mendapatkan bayi, makanya kalau Anda menikah, Anda dikejar pertanyaan kapan hamilnya, kapan hamilnya. Kalau Idul Fitri sudah hamil belum? Jadi arahnya itu pro kreasi," ungkap dr Hasto beberapa waktu lalu.
"Coba kalau Anda di Jepang, nggak ada orang nanya gitu, kalau bapak ibunya lebih ke yaudah, yang penting be happy lah anaknya," pungkasnya.
Simak Video "Video: KPAI Soroti Ratusan Kota Belum Punya UPTD PPA"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/kna)











































