Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengungkap fakta miris pasien COVID-19 banyak yang tak 'selamat' lantaran telat dites PCR. Banyak dari mereka merasa tidak terpapar virus meski mengeluhkan gejala.
Adapula beberapa keluhan pasien mengaku memilih tak dites PCR gegara disebut mahal. Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, dr Ngabila Salama, MKM, menerima keluhan semacam itu.
''Pasien yang bergejala atau suspek COVID-19 dengan keluhan batuk, pilek, demam, sakit tenggorokan, dan lain-lain, silahkan datang ke puskesmas DKI, untuk dites PCR gratis,'' pesan dia saat dihubungi Rabu (14/12/2022).
''Apalagi jika yang bergejala adalah lansia atau orang yang memiliki komorbid dan belum vaksinasi booster. Harus dideteksi lebih awal,'' sambung dia.
Pasalnya, dari 534 kematian COVID-19 yang tercatat hingga 11 Desember, rata-rata memiliki jarak tanggal swab PCR dengan kematian di empat sampai enam hari. ''Pasien datang ke RS tidak mengetahui bahwa COVID-19 dan kondisi sudah berat, pas di-PCR prosedur RS barulah ketahuan positif,'' terang dia.
Sejauh ini, catatan zona merah COVID-19 di DKI Jakarta berdasarkan data yang dihimpun Dinkes sebanyak tujuh wilayah. Tersebar di Jakarta Pusat hingga Jakarta Utara, kecuali Jakarta Timur dan Kepulauan Seribu.
Sementara zona rawan COVID-19 paling banyak berada di Jakarta Barat dengan total 910 titik menurut catatan Dinkes per 12 hingga 18 Desember 2022.
Simak Video "Korea Selatan Wajibkan Tes Covid-19 Bagi Pelancong dari China"
[Gambas:Video 20detik]
(naf/kna)