Seiring lonjakan kasus COVID-19, China kini buru-buru berupaya memvaksinasi kelompok rentan seperti lansia. Pasalnya muncul analisis yang memprediksi, angka kematian akan melonjak pasca China mencabut aturan ketat penanganan COVID-19 yang sebelumnya sudah berlangsung selama tiga tahun.
Bahkan disebutkan, kasus kematian akan mencapai lebih dari 1 juta kasus dalam beberapa bulan mendatang.
Baru-baru ini, China memang mencabut kebijakan penanganan COVID-19 yang amat ketat. Menyusul maraknya protes akan aturan yang terlalu ketat, pemerintah China kemudian mencabut persyaratan pengujian dan melonggarkan aturan karantina. Semasa masih diberlangsungkan, aturan yang amat ketat tersebut diyakini memicu kecemasan mental pada puluhan juta warga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun di samping itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyoroti 1,4 milyar penduduk China tidak mendapatkan vaksin COVID-19 secara lengkap. WHO meyakini, lonjakan COVID-19 di China sebenarnya sudah terjadi jauh sebelum kebijakan ketat 'Zero-COVID' dicabut. Artinya, aturan keras yang selama ini diterapkan pun tidak efektif menekan lonjakan COVID-19 imbas varian Omicron yang merebak mulai tahun lalu.
"Ada narasi saat ini bahwa China mencabut pembatasan dan tiba-tiba penyakitnya tidak terkendali," beber kepala kedaruratan WHO Michael Ryan dikutip dari Reuters, Kamis (15/12/2022).
"Penyakit itu menyebar secara intensif karena saya yakin tindakan pengendalian itu sendiri (Zero-COVID) tidak berhasil menekan penyakit itu," sambungnya.
Seiring jumlah kasus yang meroket, kini muncul antrean panjang di klinik-klinik di China imbas warga berbondong-bondong mencari obat demam. Sejumlah warga pun panik lantaran toko-toko mulai kehabisan stok obat.
"Pihak berwenang telah membiarkan kasus di Beijing dan kota-kota lain menyebar, sehingga kini memeberlangsungkan kembali pembatasan, pengujian, dan pelacakan juga sangat tidak efektif untuk mengendalikan wabah," ungkap analis di Eurasia Group.
"Lebih dari 1 juta orang bisa meninggal karena COVID dalam beberapa bulan mendatang," tegasnya lebih lanjut.
Sebelumnya, China sempat mengklaim bahwa 90 persen populasinya telah divaksinasi COVID-19. Baru-baru ini, pihak pemerintah mengumumkan bakal meluncurkan program vaksinasi COVID-19 kedua untuk kelompok berisiko tinggi dan lansia berumur 60 tahun ke atas.
(vyp/suc)











































