China Diamuk 3 Gelombang COVID-19 Sekaligus, Layanan Kremasi Kewalahan

China Diamuk 3 Gelombang COVID-19 Sekaligus, Layanan Kremasi Kewalahan

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Senin, 19 Des 2022 07:34 WIB
Jakarta -

COVID-19 di China kembali 'menggila', ahli epidemiologi Wu Zunyou menilai negara itu menghadapi tiga gelombang berturut-turut. Terlebih, di tengah perayaan atau liburan Tahun Baru Imlek bulan depan, lonjakan kasus sulit dihindari.

Pusat ibukota China, Beijing, penyebaran varian Omicron sangat cepat dan berdampak pada sejumlah layanan, mulai dari katering, pengiriman, hingga krematorium. Rumah duka di kota berpenduduk 22 juta itu juga kewalahan memenuhi permintaan kremasi warga, lantaran banyak staf dan pengemudi mobil jenazah jatuh sakit.

Rumah duka terbesar di Beijing, Babaoshan, yang juga dikenal menangani jenazah para pejabat dan pemimpin China, mulai penuh. Beberapa mobil jenazah terlihat masuk dan area parkir mobil pribadi juga penuh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat ini sulit untuk memesan mobil jenazah sehingga banyak kerabat yang mengangkut jenazah dengan kendaraan sendiri," kata seorang karyawan yang tidak mau disebutkan namanya.

Asap mengepul dari krematorium, tempat sekelompok orang berkumpul untuk mengumpulkan abu jenazah. Meski begitu, belum jelas sejauh mana peningkatan kematian terkait COVID-19.

ADVERTISEMENT

Sejauh ini, pemerintah China bahkan mengklaim nihil kasus kematian COVID-19 sejak 7 Desember. Namun, banyak yang meragukan angka COVID-19 sejak otoritas menyetop tes massal yang sebelumnya dilakukan.

Hadapi 3 Gelombang Sekaligus

Anak-anak diminta untuk kembali menjalani sekolah daring di tengah amukan COVID-19, di Guangzhou, mereka yang sudah mengikuti kelas daring serta anak-anak prasekolah seharusnya tidak bersiap untuk kembali ke sekolah, kata biro pendidikan.

Sementara ahli epidemiologi Wu dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China mengatakan wabah saat ini akan memuncak pada musim dingin dan berlangsung dalam tiga gelombang selama sekitar tiga bulan, menurut laporan media pemerintah tentang pidatonya.

Gelombang pertama akan terjadi di pertengahan Desember hingga Januari, sebagian besar melanda kota-kota di China sebelum nantinya gelombang kedua terjadi di Januari hingga pertengahan Februari 2023.

Ini karena dipicu mobilitas jelang liburan Tahun Baru selama sepekan. China akan merayakan Tahun Baru Imlek mulai 21 Januari. Biasanya, ratusan juta orang pulang kampung untuk menghabiskan waktu bersama keluarga.

"Gelombang kasus ketiga akan berlangsung dari akhir Februari hingga pertengahan Maret ketika orang kembali bekerja setelah liburan," kata Wu.

"Di provinsi Zhejiang timur, rumah bagi banyak perusahaan dan industri teknologi tinggi, gelombang pertama diperkirakan akan mencapai puncaknya sekitar pertengahan Januari, meskipun bisa lebih awal," kata pejabat kesehatan dalam konferensi pers pada hari Minggu.

"Periode ini bertepatan dengan Tahun Baru Imlek, dan perpindahan penduduk akan mempercepat penyebaran epidemi," kata Chen Zhong, wakil direktur eksekutif gugus tugas pengendalian epidemi provinsi.

NEXT: Prediksi Lebih dari 1 Juta Kasus Kematian COVID-19

Sebuah lembaga penelitian yang berbasis di AS mengatakan minggu ini bahwa negara tersebut dapat melihat ledakan kasus dan lebih dari satu juta orang di China dapat meninggal karena COVID pada tahun 2023.

Wu mengatakan masyarakat China perlu meningkatkan cakupan vaksinasi COVID-19. Negara ini sudah melakukan program vaksinasi sejak 2922 tetapi tetap sedikit kelompok lansia 60 tahun ke atas yang menerima vaksinasi lengkap.

Hanya 66,4 persen orang berusia di atas 80 tahun yang telah menyelesaikan vaksinasi lengkap, lapor kantor berita resmi Xinhua.

Halaman 3 dari 2
(naf/naf)

Berita Terkait