Seiring lonjakan kasus COVID-19, kini orang dengan gejala COVID-19 di salah satu kota terbesar China yakni Chongqing diperbolehkan bekerja seperti biasa. Hal ini menyusul dicabutnya lockdown dan aturan ketat penanganan virus Corona 'Zero-COVID' setelah diprotes publik lantaran dinilai terlalu keras.
Pihak berwenang mengakui, wabah COVID-19 yang kini merebak di China 'tidak mungkin' bisa terlacak sepenuhnya. Maka dari itu, kota besar selatan Chongqing dengan penduduk sebanyak 32 juta orang menjadi salah satu bagian pertama China yang membiarkan orang bekerja secara normal, bahkan ketika sedang mengalami gejala serupa COVID-19.
Dikutip dari Chongqing Daily, surat imbauan dari Pemkot yang dikeluarkan pada Minggu (18/12/2022) menyebut bahwa pemerintah, partai, dan pekerja negara yang bergejala ringan dapat bekerja seperti biasa, setelah melakukan upaya perlindungan pribadi sesuai kondisi fisik dan kebutuhan pekerjaan mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihaknya juga mendesak warga untuk tidak melakukan tes virus yang tidak perlu, atau meminta orang menunjukkan hasil negatif. Terkecuali untuk fasilitas tertentu seperti panti jompo, sekolah dan penjara.
Juga pada Minggu (18/12), provinsi Zhejiang timur yakni pusat ekonomi utama yang menampung lebih dari 60 juta orang mengatakan warga yang memiliki gejala ringan dapat terus bekerja.
Kebijakan tersebut tetap berjalan meski kini muncul laporan yang menyebut, sejumlah rumah sakit dan krematorium tengah berjuang keras mengatasi lonjakan pasien COVID-19, dan jumlah kasus kematian pasien COVID-19 meningkat.
Diketahui, kunjungan ke rumah sakit dan klinik melonjak pada setelah China mencabut pembatasan. Di samping itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menegaskan bahwa virus Corona di China sudah menyebar luas sebelum pencabutan 'Zero-COVID' dilakukan. Artinya, aturan ketat tersebut dinilai tidak efektif mengendalikan penyebaran COVID-19.
(vyp/kna)











































