Aturan 'Zero-COVID' yang dikeluarkan oleh Presiden China Xi Jinping ternyata menimbulkan 'tsunami' COVID-19 di negara tersebut. Akibatnya sejumlah negara mengantisipasi kedatangan turis asal Negeri Tirai Bambu ini guna mengurangi penyebaran virus.
Dikutip dari Reuters, 10 negara ini mengeluarkan kebijakan bagi turis China:
1. Australia
Australia mengatakan pihaknya akan memberlakukan tes COVID-19 bagi turis asal China pada Senin (2/1/2023). Aturan ini diberlakukan mulai Kamis (5/1) mendatang.
Menteri Kesehatan Australia Mark Butler mengatakan pemerintah telah sangat hati-hati untuk meminta para turis menunjukkan tes negatif dalam kurun 48 jam sebelum keberangkatan mereka. Aturan ini juga berlaku bagi turis asal Hong Kong dan Macau.
Dalam konferensi pers, Butler mengatakan pemerintah akan mempertimbangkan langkah-langkah tambahan. Langkah-langkah tersebut meliputi menguji air limbah pesawat dan pengambilan sampel secara sukarela untuk kedatangan.
"Saya ingin menekankan bahwa pemerintah menyambut baik dimulainya kembali perjalanan antara Australia dan China. Saya juga ingin menekankan bahwa ini adalah tindakan sementara yang mencerminkan kurangnya informasi komprehensif saat ini tentang situasi di China," ujar Butler.
2. Prancis
Sejak Minggu (1/2/2023), Prancis mewajibkan turis dari China menunjukkann hasil tes negatif COVID-19 kurang dari 48 jam sebelum keberangkatan dan akan menguji secara acak mereka yang tiba. Selain itu, Prancis juga mendesak negara-negara Uni Eropa (EU) untuk melakukan hal yang sama lantaran COVID-19 yang mewabah di China.
Sebelumnya, dari 27 negara EU hanya Italia dan Spanyol yang menerapkan kebijakan tersebut. Sebagian besar EU yang bebas perbatasan dan pejabat kesehatan dari seluruh blok gagal untuk menyepakati kursus bersama pada minggu lalu.
"Prancis akan mendorong agar metodologi ini diterapkan di seluruh EU," kata Menteri Kesehatan François Braun saat dia dan Menteri Transportasi Clement Beaune memeriksa prosedur baru di bandara Roissy Charles de Gaulle Paris.
Beaune mengatakan seluruh negara-negara yang tergabung dalam EU harus berkoordinasi dengan menerapkan aturan yang sama. Sebab, tidak menutup kemungkinan bahwa Prancis bisa didatangi turis China yang positif COVID-19 tanpa pengawasan melalui negara EU lain.
3. Inggris
Mulai Kamis (5/2/2023), Inggris memberlakukan penumpang yang tiba untuk melakukan tes COVID-19 sekurang-kurangnya 48 jam setelah keberangkatan dari China. Hal tersebut disampaikan oleh Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial Inggris dalam pernyataan tertulis.
Langkah itu dilakukan setelah keraguan atas transparansi data resmi dari Beijing yang menimbulkan kekhawatiran tentang gelombang infeksi. Keterangan tersebut juga memuat perintah untuk maskapai agar melakukan tes bagi seluruh penumpang serta tidak mengizinkan penumpang yang positif COVID-19.
The Times dan The Telegraph pada hari Jumat (30/12/2022) melaporkan bahwa Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak telah mempertimbangkan untuk mengambil langkah tersebut. Sebelumnya, BBC juga melaporkan bahwa pemerintah Inggris akan mengumumkan kebijakan kedatangan China tanpa memberikan waktu tertentu.
4. Kanada
Selain Inggris hingga Australia, Kanada juga turut menerapkan aturan bagi para pelaku perjalanan dari China. Mereka perlu dites COVID-19 dan dinyatakan negatif dua hari sebelum keberangkatan. Adapun kebijakan ini bakal berlaku pada Kamis (5/1).
Pemerintah Kanada menyebut, tindakan sementara ini akan diberlakukan selama 30 hari. Kebijakan ini akan ditinjau kembali melihat data yang tersedia.
"Kami akan menyesuaikan tindakan kami berdasarkan data yang tersedia, sains, dan situasi epidemiologis di negara kami dan secara global untuk melindungi warga Kanada," kata Menteri Transportasi Kanada Omar Alghabra dalam sebuah pernyataan.
5. Maroko
Alih-alih memberlakukan tes negatif COVID-19 bagi para turis, pemerintah Maroko justru melarang semua turis yang berasal dari China untuk mengunjungi Maroko. Larangan ini berlaku terlepas dari kewarganegaraan turis tersebut.
Kementerian Luar Negeri Maroko mengatakan, akan menerapkan aturan ini pada Selasa (3/1). Alasannya untuk mencegah gelombang baru infeksi COVID-19 di Maroko.
Ribuan turis mengunjungi Maroko dari China setiap tahun, biasanya melakukan perjalanan dengan penerbangan yang datang melalui Teluk.
NEXT: Amerika Serikat hingga India