Banyak riset yang menunjukkan beberapa negara di dunia mengalami 'resesi seks'. Istilah ini timbul karena turunnya keinginan untuk menikah hingga memiliki anak. Ini mengakibatkan sejumlah negara mengalami angka rendah kelahiran.
Salah satunya China yang pada 2022 diprediksi menjadi rekor angka kelahiran terendah hingga di bawah 10 juta.
Indonesia juga disebut mengalami kemungkinan resesi seks. Ini terjadi karena sampai saat ini sebagian besar penduduk di Indonesia masih fokus terhadap tujuan menikah untuk prokreasi atau memiliki anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun wilayah yang kini mengalami zero growth atau nihil angka kelahiran baru menurut BKKBN, yaitu kabupaten/kota di:
- Jawa Timur
- DI Yogyakarta
- Jawa Tengah
Misalnya, DIY secara keseluruhan memiliki angka kelahiran rata-rata 2,2 bahkan di beberapa kabupaten/kota 1,9. Artinya, kebanyakan perempuan melahirkan kurang dari dua anak.
"Kalau kurang dari dua belum tentu melahirkan perempuan, karena potensinya 50:50, melahirkan laki-laki perbandingannya setengah, jadi kalau semua orang didorong anaknya segitu belum tentu punya perempuan," kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Idealnya, untuk mencapai pertumbuhan penduduk yang sesuai diperlukan minimal satu perempuan melahirkan satu anak perempuan. Sebab, jika kemudian semakin sedikit perempuan yang melahirkan, minus growth secara nasional tidak mungkin terjadi.
Next: wanita mulai ogah menikah
Riset Krisis Keluarga Perkembangan Otonomi Perempuan sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta oleh Drajat Tri Kartono menemukan di Surabaya, hanya 7 persen dari wanita yang diamati, ingin menikah. Sementara wanita lain fokus pada pengembangan karier hingga cita-cita yang lain.
Ada juga yang ogah berkeluarga akibat khawatir terjebak dalam kekerasan rumah tangga. Intinya, kesimpulan keseluruhan menunjukkan pernikahan menjadi prioritas yang kelima.
Disebutkan, beban perasaan saat menikah yang bisa muncul yakni munculnya rasa cemburu, rasa tidak suka dengan pasangan. Hal semacam ini otomatis bakal terhindar jika akhirnya memilih hidup sendiri hingga menua.
"Ketika saya tanya mengapa mereka belum menikah, karena menurut mereka pernikahan itu mengandung risiko yang ketika mereka itu bekerja pernikahan itu tidak seimbang antara apa yang diinvestasikan dengan apa yang mereka dapatkan, jadi menurut mereka menikah itu menimbulkan gangguan di mana hidup sendiri itu lebih nyaman," lanjut dia.











































