Ratusan Anak di Ponorogo Nikah karena Hamil Duluan, Tanda Krisis Edukasi Seks?

Ratusan Anak di Ponorogo Nikah karena Hamil Duluan, Tanda Krisis Edukasi Seks?

Celine Kurnia - detikHealth
Minggu, 15 Jan 2023 11:14 WIB
Ratusan Anak di Ponorogo Nikah karena Hamil Duluan, Tanda Krisis Edukasi Seks?
Foto: iStockphoto
Jakarta -

Pengadilan Agama (PA) Ponorogo menerima 191 permohonan anak menikah dini selama 2022. Dikutip dari detikjatim, sebanyak 184 permohonan dispensasi nikah diajukan untuk anak yang berusia 15-19 tahun sedangkan 7 perkara lainnya untuk yang berusia di bawah 15 tahun. PA Ponorogo mengabulkan 176 perkara. Sebanyak 125 perkara dikabulkan atas alasan hamil dan melahirkan. Sisanya dikabulkan karena anak lebih memilih menikah karena sudah berpacaran daripada melanjutkan sekolah.

Banyaknya kasus pernikahan dini menunjukkan bahwa pergaulan bebas bagi anak di bawah umur cukup tinggi. Kondisi ini diperburuk dengan edukasi seks tentang bahaya pergaulan bebas yang masih rendah.

Pernikahan dini terjadi kepada pasangan berusia di bawah 19 tahun. Pernikahan dini disebabkan karena kondisi ekonomi keluarga yang serba kekurangan, desakan orang tua agar terhindar dari pergaulan bebas, dan adanya persepsi masyarakat bahwa menikah di usia akan terhindar dari julukan 'perawan tua' atau 'bujang tak laku'.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari laman BKKNN, pernikahan dini dapat menimbulkan berbagai dampak. Secara jasmani, kondisi rahim yang masih lemah dan sel telur yang belum sempurna memungkinkan anak terlahir prematur hingga cacat. Secara psikologis, emosi pada masa remaja masih belum stabil. Pasangan yang tidak bisa mengendalikan diri ketika berkonflik akan menimbulkan perceraian. Selain itu, ketidakstabilan emosi berpengaruh pada pola asuh orang tua terhadap anaknya.

Menurut Kepala BKKBN Dr.(HC) dr Hasto Wardoyo, SpOG(K), remaja adalah generasi penerus yang harus unggul dalam bonus demografi sehingga bisa mentransformasikannya menjadi kesejahteraan bagi Indonesia. Remaja perlu mempersiapkan diri untuk berkeluarga di waktu yang tepat.

ADVERTISEMENT

"Remaja-remaja Indonesia harus berkualitas, dipersiapkan masa depannya yang terencana dengan baik. Jangan malah terjerumus pada permasalahan-permasalahan remaja seperti narkoba, seks bebas dan permasalahan lainnya", jelas dr Hasto.

Sementara itu dr Boyke Nugraha, SpOG, MARS melalui webinar Health Talk: "Let's Talk About Sex Education" mengatakan adanya peningkatan permasalahan seksualitas remaja. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti sikap orang tua yang menganggap edukasi seks adalah hal tabu, nilai agama dan budaya yang tidak dilaksanakan dengan baik, kurang terlaksananya edukasi seks di daerah-daerah, dan maraknya pornografi serta seks online.

"Jadi sikap orang tua please jadikanlah anak sebagai sahabat sehingga ketika mereka bertanya tentang seksualitas orang tualah yang mengerti perkembangan anaknya, yang bisa memasukkan nilai-nilai budayanya, yang bisa memasukkan nilai-nilai luhurnya, budi pekertinya menyertai pendidikan seks kepada anak-anak yang kita sayangi," pesan dr Boyke




(kna/kna)

Berita Terkait