Dengar Nih! Tak Cuma Perokok Aktif, Perokok Pasif Juga Bisa Kena Kanker Paru

Dengar Nih! Tak Cuma Perokok Aktif, Perokok Pasif Juga Bisa Kena Kanker Paru

Vidya Pinandhita - detikHealth
Selasa, 17 Jan 2023 12:38 WIB
Dengar Nih! Tak Cuma Perokok Aktif, Perokok Pasif Juga Bisa Kena Kanker Paru
Foto: ilustrasi/thinkstock
Jakarta -

Sudah menjadi rahasia umum, ada sederet penyakit yang menghantui perokok, salah satunya kanker paru-paru. Pasalnya diketahui, perokok berat memiliki risiko terkena kanker paru hingga sebesar 30 persen.

Ahli onkologi dan konsultan senior onkologi dari Parkway Cancer Centre, dr Wong Siew Wei, menjelaskan pada dasarnya kanker paru-paru adalah kondisi sel tumbuh secara tidak terkendali di lapisan saluran udara paru-paru. Meski tak semua pengidap adalah perokok, dr Wong menegaskan merokok adalah faktor terbesar kanker paru-paru.

"Di negara Asia, mungkin 45 persen kasus kanker paru-paru tidak memiliki riwayat merokok. Namun merokok tetap menjadi penyebab terbesar dari kanker paru-paru," ungkapnya dalam keterangan yang diterima detikcom, Selasa (17/1/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak terkecuali pada perokok pasif, paparan asap rokok tanpa mengkonsumsi rokok secara langsung juga bisa memicu risiko kanker paru-paru. Di samping itu, faktor pemicu kanker paru-paru juga bisa berupa paparan bahan kimia, polusi udara, asbes, asap diesel, asap batu bara, hingga riwayat kanker paru-paru di keluarga.

dr Wong menjelaskan pada tahap awal kanker paru-paru memang tidak menimbulkan gejala apa pun. Maka untuk mengetahui adanya sel kanker paru dalam tubuh, penting untuk dilakukan skrining dan uji klinis besar dari computed tomography (LDCT) dosis rendah. Khususnya, pada perokok sudah memiliki riwayat konsumsi rokok setidaknya 30 bungkus per tahun.

ADVERTISEMENT

"Dengan melakukan skrining awal menunjukkan penurunan 20-26 persen dalam mortalitas kanker paru-paru pada kelompok berisiko. Strategi skrining hanya untuk perokok aktif dan belum ada rekomendasi untuk perokok pasif," pungkas dr Wong.

NEXT: Tanda badan sudah ketagihan rokok, di antaranya susah mikir dan emosian

Peringatan serupa disampaikan oleh spesialis paru RS Persahabatan dan Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr Erlina Burhan, SpP(K). Menurutnya, tak perlu menunggu tanda berupa sensasi asam di mulut untuk memastikan seseorang sudah kecanduan nikotin dari rokok.

Jika seseorang sudah mengalami kesulitan untuk berhenti atau menahan diri tidak merokok, maka orang tersebut sudah bisa disimpulkan kecanduan rokok.

Pada kasus yang lebih berat, orang yang kecanduan rokok bisa mengalami gangguan dalam kesehariannya, bahkan berisiko mengalami depresi.

"Kalau tidak bisa berhenti merokok, itu sudah kecanduan. Kalau dia nggak kecanduan, dia bisa berhenti. Kalau hanya sehari, itu belum berhenti namanya. Berhenti itu untuk seterusnya tidak merokok," terang dr Erlina beberapa waktu lalu.

"Mungkin dia gelisah karena tubuhnya merasa kurang nikotin, jadi di darahnya nikotinnya kurang. Tidak ada asupan nikotin dikirim. Tanda-tanda ke otak menjadi gelisah, tidak bisa berkonsentrasi, susah tidur, gampang marah karena tidak bisa tidur, dan gelisah sekali, diajak bicara gampang emosi. Bahkan ada yang depresi, itu sudah berat," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video WHO Ungkap Hampir 15 Juta Remaja di Dunia Ngevape"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/kna)

Berita Terkait