Jadi Korban KDRT, Pilih Lepas atau Bertahan Demi Anak? Denger Nih Saran Psikolog

ADVERTISEMENT

Jadi Korban KDRT, Pilih Lepas atau Bertahan Demi Anak? Denger Nih Saran Psikolog

Fitriana Fatmawati - detikHealth
Kamis, 19 Jan 2023 06:15 WIB
Ilustrasi KDRT
Ilustrasi korban KDRT. (Foto: Getty Images/iStockphoto/kieferpix)
Jakarta -

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) sering terjadi menimpa ibu dan anak. Kebanyakan dari kasus KDRT ini para ibu memilih diam dan tidak melaporkan si pelaku.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati menjelaskan beberapa faktor mengapa korban lebih memilih untuk bungkam dibandingkan melapor pada orang lain.

"Perlu kita ketahui bersama fenomena kekerasan pada perempuan seperti gunung es. Di mana jumlah yang sebenarnya dapat lebih besar lagi. Sebagai gambaran, terhadap ketimpangan relasi kuasa, penyintas dapat merasa sangat takut untuk melaporkan kekerasan yang dialaminya," tuturnya.

Data dari KemenPPPA (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) menyatakan hingga Oktober 2022, di Indonesia kasus KDRT mencapai angka 18.261 kasus, di mana 79,5% atau 16.745 korban adalah perempuan.

Orang Tua Perlu Ubah Perilaku Jika Tetap Mempertahankan Hubungan

Sebagian besar para korban merasa jika berpisah dengan pelaku akan berdampak pada anak. Namun, menurut psikolog Danang Baskoro, MPSi, mengungkapkan orang tua perlu mengubah perilaku karena anak akan melihat dan mempelajarinya.

"Jadi menurut saya nggak apa-apa kalau memang mau bertahan. Tapi jangan lupa bahwa anak juga akan melihat perilaku ibunya dan bapaknya. Maka kalau mau bertahan pun harus berubah dua-duanya agar menjalin relasi dengan baik," ujar Danang.

Perihal melepaskan atau mempertahankan, Danang berpendapat itu hak dari masing-masing. Tap, perlu diketahui juga terlebih dahulu peny

"Boleh enggak itu haknya kok. Cuma perlu diselesaikan. Perlu melihat permasalahannya itu secara jernih juga. Apa yang menyebabkan ini terjadi dan bagaimana menyelesaikannya. Karena tidak ada asap kalau tidak ada api," katanya pada HaiBunda.

Dampak KDRT bagi Korban

Psikolog klinis dewasa, Mega Tala Harimukhti, SPsi, MPsi, menjelaskan korban KDRT memiliki dampak jangka panjang. Misalnya, kehilangan konsentrasi, depresi, hingga mengalami PTSD (Post Traumatic Stress Disorder).

"Mereka jadi enggan bertemu dengan orang lain karena perasaan tertekan dan cemas yang dirasakan. Dalam jangka panjang, mereka bisa saja kehilangan konsentrasi mengalami depresi, hingga terparahnya mengalami PTSD," ungkapnya kepada HaiBunda.

PTSD adalah suatu kondisi kesehatan mental yang dipicu oleh peristiwa mengerikan. Gejalanya dapat berupa kilas balik ingatan, mimpi buruk, perasaan cemas yang parah, serta pikiran yang tak terkendali tentang peristiwa traumatis.

KLIK DI SINI UNTUK HALAMAN SELANJUTNYA



Simak Video "Faktor-faktor Pemicu Terjadinya KDRT"
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT