Pilu Warga China Tangisi Kepergian Kerabat Akibat Tertular COVID-19

ADVERTISEMENT

Pilu Warga China Tangisi Kepergian Kerabat Akibat Tertular COVID-19

Vidya Pinandhita - detikHealth
Kamis, 19 Jan 2023 16:30 WIB
Family members in protective gear collect the cremated remains of their loved one bundled with yellow cloth at a crematorium in Beijing, Saturday, Dec. 17, 2022. Deaths linked to the coronavirus are appearing in Beijing after weeks of China reporting no fatalities, even as the country is seeing a surge of cases. (AP Photo/Ng Han Guan)
Pilu warga China imbas lonjakan kasus kematian akibat COVID-19. Foto: AP/Ng Han Guan
Jakarta -

Warga China kini terpukul imbas lonjakan kasus kematian akibat COVID-19. Salah satunya Ailia, mengaku amat terpukul ketika ayahnya yang berusia 85 tahun meninggal dunia setelah sempat menunjukkan gejala mirip COVID-19.

Mengingat kini virus Corona dilaporkan menyebar ke wilayah desa dengan layanan terbatas. Tidak terkecuali kampung halaman Ailia di provinsi tenggara Jiangxi.

Ailia mengisahkan, ayahnya tidak pernah dites COVID-19. Sementara ia dan ibunya sempat terkonfirmasi positif COVID-19 di waktu yang sama dengan kematian ayahnya. Ia percaya, ayahnya meninggal dunia karena virus Corona.

Ailia mendukung pembukaan kembali wilayah China demi mendorong perekonomian. Namun ia berharap, pencabutan aturan pembatasan tersebut tak malah memicu imbas yang lebih besar dari infeksi virus Corona.

"Kami ingin hal-hal terbuka, tetapi tidak terbuka seperti ini. Tidak dengan mengorbankan begitu banyak orang lanjut usia, yang berdampak besar pada setiap keluarga," ungkap Ailia, dikutip dari Channel News Asia, Kamis (19/1/2023).

Menjelang liburan Tahun Baru Imlek pada 21 Januari, ratusan juta warga CHina melakukan perjalanan untuk menemui keluarga. Banyak warga bakal melakukan perjalanan setelah berkabung kehilangan keluarga yang meninggal dunia imbas gelombang COVID-19.

Pada Sabtu (14/1), China mengumumkan bahwa telah terjadi hampir 60 ribu kematian di rumah sakit terkait COVID-19, terhitung sejak dicabutnya aturan ketat 'Zero COVID-19' pada awal Desember 2022. Peningkatan kasus kematian tersebut mencapai 10 kali lipat dari angka sebelumnya.

Banyak ahli internasional mengatakan jumlah kasus kematian aslinya lebih banyak dibandingkan yang dilaporkan pejabat China. Sebagian karena tidak termasuk orang yang meninggal di rumah sakit, seperti ayah Ailia.

Pejabat China melaporkan di antara kasus kematian tersebut, 90 persen berusia 65 tahun atau lebih dan usia rata-rata adalah 80,3 tahun.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT